Rabu, 29 Februari 2012

Lima Hal Penting Dalam Memulai Usaha

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peranan yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Selain itu, dengan memulai usaha kecil-kecilan seperti ini, anda juga turut membuka lapangan kerja bagi orang lain. Membuka usaha sendiri memerlukan strategi yang tepat supaya bisa sukses dan berkembang menjadi sebuah korporasi besar. Beberapa hal yang penting anda perhatikan adalah konsumen, arus kas, pinjaman, kredibilitas, dan modal.

Lima hal ini merupakan hal-hal yang menentukan sukses tidaknya usaha anda. Berikut rincian dari hal-hal yang harus Anda perhatikan saat memulai usaha Anda, seperti dikutip dari investopedia, Selasa (12/12/2011).

1. Konsumen

Konsumen adalah hal utama yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha karena mereka adalah urat nadi dalam semua bisnis. Konsumen juga lah yang memberi anda omzet supaya perusahaan anda terus bergerak. Pepatah lama mengatakan, "bisnis tidak akan jalan tanpa ada sesuatu yang terjual" itu sangat benar adanya bagi pelaku usaha.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan dalam mempertahankan dan menggaet konsumen baru. Salah satunya adalah seperti di bawah ini.

-Iklan
Dalam memulai usaha, anda harus mulai menyebarkan luaskan bisnis tersebut supaya banyak orang tahu. Caranya dengan memasang iklan. Tempat dan medianya bisa apa saja, seperti koran lokal, iklan radio, brosur yang dikirim dari rumah ke rumah, laman situs pribadi, iklan baris dan lain sebagainya.

- Promosi
Banyak para pelaku usaha yang memberikan promosi di awal-awal membangun bisnisnya. Biasanya, promosi dilakukan memakai kupon potongan harga atau hadiah langsung jika mencapai pembelian di harga tertentu. Efektivitas program seperti ini tergantung kepada target konsumen dan hadiah yang diberikan.

- Brosur dari rumah ke rumah
Menyebarkan brosur dengan cara dari rumah ke rumah bisa efektif nan efisien. Cara ini paling banyak dilakukan di awal-awal anda membangun bisnis dengan target konsumen masyarakat sekitar.

- Diskon
Cara yang paling klasik dalam menggaet dan mempertahankan konsumen. Supaya anda tidak terlalu rugi dalam memberikan potongan harga, usahakan ada syarat khusus terlebih dahulu. Salah satu yang efektif adalah dengan syarat jika si konsumen berhasil membawa calon pembeli maka akan diberi diskon. Dengan demikian, lambat laun jumlah konsumen anda akan selalu bertambah.

- Patenkan Merek
Dengan mematenkan merek, maka keberadaan dan reputasi produk anda akan lebih meningkat di mata konsumen. Hal ini banyak digunakan oleh perusahaan besar tetapi juga bisa efektif untuk usaha kecil jika mampu. Sayangnya, hal ini cenderung menjadi proses yang berkelanjutan dan biayanya cukup mahal.

- Bagian Pelayanan Konsumen
Dengan menyediakan bagian pelayanan konsumen sangatlah penting bagi semua pelaku usaha. Jika tidak cukup sumber daya, si pemilik bisnis bisa sekaligus merangkap posisi ini. Yang penting, keluhan dan kepuasan konsumen bisa terdeteksi dengan baik. Tapi hati-hati, cara costumer service berkomunikasi dengan konsumen bisa mengangkat atau menghancurkan citra perusahaan.

- Jaringan
Mengembangkan jaringan bisa berujung pada bertambahnya konsumen. Caranya, anda bisa mengikuti pameran atau bergabung dalam sebuah asosiasi. Dalam sebuah asosiasi anda bisa berbagi pengalaman dan mencari ide-ide baru.

2. Arus Kas

Arus kas yang lancar dan sehat kadang lebih penting ketimbang ozmet dalam usaha yang baru berdiri. Anda harus bisa mengatur keseimbangan antara arus dana keluar dan masuk. Arus kas yang tidak seimbang bisa memberikan kejutan yang kurang enak di bisnis anda ke depan.

Salah satunya adalah kekurangan biaya untuk bayar karyawan, telat bayar kredit ke bank sampai kurang dana untuk bayar pajak. Kejutan-kejutan seperti ini yang biasanya menghancurkan bisnis anda secara perlahan-lahan.

Ad baiknya anda rencakan pengeluaran dan pemasukan dalam satu atau dua bulan ke depan, sehingga jika ada kejutan di tengah jalan anda masih punya waktu untuk bertindak sehingga pada akhirnya arus kas anda masih tetap positif.

Dalam membuat prediksi arus kas, anda harus terlebih dahulu memperkirakan omzet yang akan masuk, lalu bandingkan dengan ongkos operasional perusahaan anda. Atur sedemikian rupa sehingga proyeksi arus kasnya tetap positif.

3. Kredit

Sebuah pinjaman dari bank ataupun tempat lain merupakan salah satu instrumen yang bisa dimanfaatkan anda untuk beberapa alasan, seperti di bawah ini:

Mencicil berbagai keperluan operasional anda tanpa menggunakan uang sendiri, sehingga arus kas anda bisa diputar untuk digunakan di pos lain.
Bisa mendapatkan diskon dengan membeli barang dalam jumlah banyak. Contohnya, jika salah satu vendor memberi anda jangka waktu pelunasan dalam 30 hari, tapi jika langsung dibayar kas anda bisa dapat diskon 2%. Maka segeralah ke bank dan ajukan pinjaman.
Lebih mudah mengatur arus kas. Memiliki akses ke sebuah pinjaman saat dibutuhkan sangatlah membantu terutama dalam menutup kebutuhan antara arus kas keluar dan masuk.


4. Kredibilitas

Salah satu kelemahan yang biasa melanda perusahaan kecil baru berkembang adalah kurangnya kredibilitas. Sehingga, saat berniat bergerak maju ke cakupan yang lebih luas biasanya kalah duluan oleh kompetitor yang lebih besar.

Para pelanggan setianya mungkin saja tahu mengenai perusahaan ini dengan baik, mulai dari jumlah dan kompetensi karyawan, kelangsungan bisnisnya hingga kurang mantapnya posisi merek secara nasional.

Presentasi secara profesional, testimoni dari konsumen, sertifikasi pemerintah dan referensi dan promosi dari mulut ke mulut oleh konsumen bisa membantu anda mengangkat kredibilitas perusahaan. Kredibilas juga bisa dibentuk dengan cara si pemilik perusahaan terjun langsung ke lapangan dan melayani konsumen

5. Modal

Modal yang cukup tinggi akan sangat membantu perusahaan saat anda ingin berekspansi, seperti menyewa gedung, beli peralatan atau kendaraan operasional atau bahkan mengakuisisi perusahaan kecil lainnya. Dengan adanya hubungan baik dengan bank, ditambah dengan rekam jejak kredit yang cukup baik bisa menjadi sumber modal yang mudah dicairkan.

Kesimpulan:

Merancang dan membangun bisnis sendiri sangatlah penting dalam memajukan ekonomi nasional. Perusahaan yang anda bangun bisa membuka lapangan kerja bagi banyak orang. Meski peranannya sangat penting, bukan berarti menjalankan perusahaan sendiri itu mudah. Tapi, dengan beberapa tips di atas anda diharapkan bisa bertahan dan tumbuh dengan baik.

***

(sumber : detikcom)

Sabtu, 25 Februari 2012

Entrepreneur Harus Inovatif, Bukan Replikatif

Indonesia, meski memang diakui sebagai salah satu pasar negara berkembang (emerging market) yang paling potensial di dunia, masih menghadapi berbagai macam persoalan dalam menyuburkan jumlah pengusaha seperti di antaranya keterbatasan modal dan akses ke sumber pendanaan dan lembaga keuangan. 

Selain itu, ditemui pula rendahnya kualitas SDM pelaku usaha, kemampuan pemasaran yang terbatas, akses informasi usaha yang masih rendah, dan belum terjalinnya dengan baik kemitraan Belum terjalinnya dengan baik kemitraan saling menguntungkan antar pelaku usaha (KUMKM, Usaha Besar dan BUMN). Demikian dinyatakan oleh Soetarto perwakilan Kementerian Koperasi dan UKM dalam Seminar Nasional “Mencetak Sejuta Lapangan Kerja dengan Usahawan“.

Sementara itu Antonius Tanan, presiden Universitas Ciputra Entrepreneurship Center menyoroti bagaimana kita tak hanya berupaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan tapi juga harus menciptakan pengusaha yang akhirnya menciptakan lapangan kerja. “Namun, bagaimana kriteria seorang pengusaha atau entrepreneur yang bisa membawa bangsa ini menuju kemajuan?” ia bertanya kepada hadirin.

Antonius menjelaskan lebih lanjut bahwa entrepreneur itu harusnya yang bersifat inovatif. Entrepreneur inovatif, bukan replikatif (yang hanya meniru) atau necessity (yang terdorong karena kebutuhan, tak ada pilihan), adalah yang dibutuhkan bangsa ini menuju kejayaan.

Di sisi lain, Raja Sapta Oktonari selaku Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) menyatakan keprihatinannya karena pengusaha domestik belum sepenuhnya menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Apalagi di tengah derasnya serbuan investasi dan masuknya entrepreneur asing ke tanah air, kesadaran untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri perlu ditingkatkan.

Akan tetapi ia mengemukakan pula beberapa alasan yang bisa menjelaskan mengapa fenomena seperti ini bisa terjadi. Raja menerangkan, ”Para pemanku kepentingan seperti perbankan di Indonesia masih belum mewujudkan keberpihakan mereka terhadap pengusaha dalam negeri”. Harus dibuka akses agar mereka pengusaha baru bisa bekerja lebih maksimal. “Bukannya kita pengusaha yang cengeng, tapi memang begitulah adanya,” demikian imbuhnya.

***

(Sumber : ciputraentrepreneurship)

Senin, 20 Februari 2012

6 Sebab Gagalnya Waralaba

Banyak orang menyangka berbisnis waralaba merupakan langkah pasti menuju sukses. Tapi pada kenyataannya, banyak alasan yang membuat bisnis waralaba berakhir tidak seperti yang diperkirakan.

Dalam artikel yang dikutip dari investopedia, terdapat beberapa pertimbangan yang bisa anda kaji sebelum terjun langsung ke bisnis waralaba. Kenali 6 penyebab kenapa bisnis waralaba mengalami kegagalan.

1. Modal awal dan royalti waralaba yang cukup tinggi

Modal awal dan franchise fee bisa sangat mempengaruhi laba penyewa bisnis waralaba. Sebagai contoh, jika anda ingin membuka waralaba McDonald's, anda harus punya lokasi sendiri (sewa maupun milik), belum lagi royalti waralaba sekitar Rp 405 juta (US$ 45.000) untuk memegang hak waralaba selama 20 tahun, setelah masanya habis maka bisa diperpanjang.

Jika dihitung-hitung secara total, biaya yang anda harus keluarkan untuk membuka sebuah restoran cepat saji McDonald's berkisar antara Rp 4,5 miliar sampai Rp 14,4 miliar.

Yang paling merepotkan adalah, franchise fee yang harus disetorkan per tahun. Setiap tahun, pemegang pemegang waralaba harus menyetorkan 12,5% omzetnya ke pemilik waralaba. Jadi, berapapun omzet anda atau sebaik apapun bisnis, anda akan terus terikat dengan peraturan ini.

Ongkos sewa tahunan ini merupakan syarat paling standar dalam dunia waralaba. Bahkan, Burger King meminta tambahan 4,5% jika ongkos waralabanya mencapai Rp 450 juta, sama seperti Dunkin' Donuts yang meminta tambahan 5,9% untuk franchise fee di kisaran Rp 360-720 juta tergantung lokasi.

Dikurangi gaji karyawan, uang makan dan pajak, bisa terlihat bahwa memegang lisensi waralaba tidak semudah seperti kelihatannya.

2. Biaya bahan baku yang mahal

Untuk anda bisa tetap berbisnis, kebanyakan pemilik waralaba memaksa para pemegang lisensinya untuk membeli bahan baku dari pensuplai yang biasanya masih ada hubungan 'spesial' dengan si pemilik waralaba. Biasanya, harga yang ditetapkan oleh pensuplai ini lebih tinggi ketimbang harga pasar.

Bahkan, beberapa pemilik waralaba makanan cepat saji mematok 5-10% lebih tinggi dari harga pasar untuk produk-produk seperti sayuran, tomat atau bahan baku lainnya. Padahal, sayuran tetap sayuran yang harganya biasanya hampir sama, tapi ini menjadi salah satu cara lain si pemilik waralaba menggenjot laba.

Jangan sekali-sekali anda membatalkan pesanan bahan baku dari si pemilik waralaba, karena bukan tidak mungkin ia kan memutus kontrak anda di tengah jalan sehingga anda tak lagi bisa berbisnis.

3. Minimnya pendanaan

Kebanyakan pemegang lisensi waralaba tidak punya akses ke pendanaan yang baik. Jadi, jika butuh tambahan modal, kebanyakan pemegang lisensi waralaba harus merogoh koceknya sendiri. Bisa dibilang, pemegang lisensi waralaba bergantung pada diri sendiri.

Beberapa pemilik waralaba mengetahui hal ini dengan baik sehingga memberikan opsi cicilan untuk franchise fee, modal awal, bahan baku dan peralatan untuk memulai waralaba. Situasi seperti ini biasanya lebih menarik para calon pemegang lisensi waralaba.

4. Minimnya kontrol lokasi

Beberapa waralaba punya aturan untuk tidak terlalu banyak membuka tokonya di sebuah kota demi menghindari saturasi pasar dan omzet yang anjlok. Akan tetapi banyak juga waralaba yang membuka toko sebanyak mungkin di sebuah kota demi menggenjot penjualan.

Itulah mengapa bukanlah sesuatu yang aneh jika anda melihat lima gerai McDonald dalam radius 8 km karena perusahaannya berusaha untuk meraup setiap uang yang ada di wilayah tersebut. Pemilik waralaba memang dapat untung banyak, tapi yang menderita adalah gerai si pemegang lisensi waralaba, karena tiap muncul satu waralaba di lokasi yang sama, maka omzetnya bisa turun sampai setengah.

5. Kurang kreatif

Sebauh waralaba biasanya mewajibkan keseragaman. Mulai dari dekorasi toko, papan reklame, produk yang ditawarkan sampai seragam pelayannya harus sama. Untuk orang yang menyukai kreatifitas, ini bisa membuat frustasi.

Jadi, jika anda yang terbiasa menjadi bos bagi diri sendiri, keseragaman ini mungkin cukup sulit dilakukan. Mungkin anda tidak cocok untuk berbisnis waralaba.

6. Pemilik waralaba kurang mengenal daerah baru

Anda pasti sering mendengar kalau kunci sukses dalam berbisnis adalah lokasi, lokasi, lokasi. Pasalnya, lokasi memang sangat mentukan sukses atau gagalnya sebuah bisnis.

Intinya, jika anda tidak bisa menemukan lokasi yang tepat untuk membuka waralaba, anda pasti akan kesulitan, karena si pemilik waralaba pun tidak bisa banyak membantu anda dalam menentukan lokasi.

Contohnya waralaba pizza. Anda tidak bisa dengan mudah membuka gerai pizza di sebuah daerah yang cukup ramai penduduk. Tetapi, anda juga harus perhatikan tingkat usia di lokasi tersebut.

Salah besar jika anda membuka gerai pizza di lingkungan ramai tapi isinya orang tua. Lebih baik anda cari lingkungan yang lebih sepi tapi isinya anak muda semua.

Riset seperti ini lah yang biasanya tak dimiliki oleh si pemilik waralaba. Si pemegang lisensi waralaba lah yang bertugas untuk melakukan riset ini sendirian tanpa bantuan kantor pusat.

Kesimpulan:

Menjalankan bisnis waralaba adalah sebuah keputusan serius yang harus dilaksanakan dengan hati-hati. Sebelum anda menyewa waralaba, banyak belajarlah mengenai perusahaan yang jadi target, begitu pula dengan produk dan lokasinya. Karena bahkan dengan produk dan lokasi yang baik, belum tentu anda bisa meraup laba. Jadi, pastikan adan tahu risikonya sebelum membuka waralaba.
***

(Sumber : detikcom)


Rabu, 15 Februari 2012

Potensi Bisnis Makanan Ayam Taliwang Masih Mengembang

Bisnis makanan daerah kian bergairah di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Banyaknya perantau yang datang ke ibu kota menjadi pasar potensial bagi pengusaha makanan daerah. Maraknya liputan kuliner di televisi juga mendorong rasa penasaran sejumlah orang untuk mencicipi beragam makanan khas daerah tertentu.

Salah satu waralaba makanan daerah yang mulai ditawarkan pada Oktober 2011 ini adalah Ayam Taliwang Senggigi Lombok. Mulai membuka kedai ayam taliwang pada 2001, kini Sesil Indra Kurnia, pemilik merek Ayam Taliwang Senggigi Lombok, sudah memiliki tujuh gerai yang tersebar di Jabodetabek.

Mulai tahun ini, ia ingin mengembangkan kedainya yang bernaung di PT Sera Lestari Global, hingga ke seluruh Indonesia. "Saya ingin lebih banyak orang merasakan kelezatan ayam taliwang," ujarnya berpromosi.


Investasi Rp 150 juta

Menurut Indra, kelebihan ayam taliwang di kedainya terletak pada dominasi rasa pedas. "Kami ingin mengusung sensasi pedas khas Lombok," ujarnya. Sekitar 80% dari menu yang ditawarkan di kedai Ayam Taliwang Senggigi Lombok menggunakan bumbu cabai.

Pada waralaba ini, Sera Lestari Global baru menyiapkan satu paket investasi saja. Mereka menawarkan paket resto dengan nilai investasi sebesar Rp 150 juta.

Indra menjelaskan, dengan membeli paket tersebut, terwaralaba tinggal menyiapkan lokasi usaha. Semua perlengkapan berjualan, pelatihan, promosi, dan bahan baku untuk operasional awal sudah disiapkan. "Konsep gerainya fastfood minimalis," ujarnya.

Selain ayam, gerai Ayam Taliwang Senggigi Lombok juga menyediakan menu bebek, ikan, dan udang yang berbalur bumbu taliwang. Dengan harga jual berkisar Rp 10.000 hingga Rp 30.000 per porsi, terwaralaba akan memperoleh omzet sekitar Rp 3 juta per hari atau Rp 90 juta per bulan.

Selama masa kerja sama lima tahun, Indra mengutip royalty fee 2% dari omzet tiap bulan. Ia pun menghitung, balik modal usaha ini antara 14 bulan hingga 18 bulan.

Dengan konsep waralaba ini, saban bulan. Indra berharap mampu menggandeng dua mitra baru. Ia pun optimistis dengan prospek usaha ini, mengingat menu ayam taliwang, khususnya di kota-kota besar, belum banyak yang disajikan dalam bentuk resto. "Dengan konsep resto, kami memiliki kelebihan pelayanan cepat dan memuaskan, serta suasana yang nyaman untuk semua pelanggan," kata Indra berpromosi.

Pengamat waralaba Khoerussalim Ikhsan melihat bahwa tawaran waralaba Ayam Taliwang Senggigi lombok dalam konsep resto dengan suasana modern ini cukup menarik. Namun, ia sedikit ragu soal harapan untuk bisa merangkul semua kalangan sebagai konsumen ayam taliwang. "Selama ini makanan tradisional dari sebuah daerah sifatnya segmented dan tak meledak di pasaran," ujarnya.

Ia menyarankan kepada pemilik waralaba ini untuk mencari cara yang bisa memikat semua kalangan pada sajian khas ayam taliwang ini. Termasuk dari kaum muda dan anak-anak yang cenderung masih menyukai makanan modern. "Ini tantangan besar yang mesti dilakukan semua waralaba yang mengusung makanan tradisional," pesan Khoerussalim.
***

(sumber : kontan online)

Jumat, 10 Februari 2012

Jangan Lama-Lama Menjalankan Bisnis Rumahan

Bisnis Rumahan memang relatif kecil, baik dari modal, skala bisnis, hingga sumber daya. Namun menjalani bisnis rumahan tak boleh lama-lama. Harus ada tekad kuat untuk menjadikan bisnis tersebut naik skalanya, bahkan kalau perlu menjadi perusahaan Nasional. Sudah waktunya merubah mindset dari Bisnis rumahan menjadi bisnis dari rumah. Lho, ada bedanya ?

Menurut mentor bisnis dari Lembaga Pendampingan UKM Pillar Business Accelerator Lyra Puspa, istilah bisnis rumahan dan bisnis dari rumah memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Bisnis rumahan mengandung makna skala usaha tingkat rumahan alias kecil-kecilan. Bisnis rumahan juga dapat diartikan penuh keterbatasan, baik keterbatasan modal, keterbatasan sumberdaya, hingga keterbatasan profesionalisme.

Sedangkan Bisnis dari rumah bisa berarti 2 hal. Pertama, mengawali karir sebagai pengusaha dengan memulai bisnis dari rumah. Rumah menjadi kantor pusat, pusat produksi di awal berbisnis, dan mungkin cabang pertama. Lalu harapannya tentu lama-lama berkembang, skala usaha membesar, dan suatu saat memiliki kantor dan pabrik yang besar. 

Kedua, Bisnis Dari Rumah juga bisa bermakna seluruh aktivitas kegiatan kita dikontrol dan digerakkan dari rumah. Rumah sebagai kantor pusat seluruh operasional usaha. Bagian depan atau sisi sebelah rumah difungsikan sebagai kantor. Namun skala usaha bisa saja nasional bahkan global. Outlet tidak perlu di rumah, tetapi bisa di mana saja di muka bumi ini. Hanya saja, kita sebagai presiden direktur tetap berkantor pusat di rumah.

Contoh konkrit dari Bisnis dari rumah adalah bagaimana Yahoo! berkembang dari sebuah garasi mobil menjadi perusahaan internasional beromset miliaran dollar. Contoh lainnya adalah Mooryati Soedibyo pendiri Mustika Ratu dan Ibu Martha Tilaar pendiri Sari Ayu yang memulai bisnisnya dari garasi rumah sendiri terlebih dahulu, baru perlahan berkembang menjadi raksasa industri kecantikan seperti sekarang.

Menjalani bisnis rumahan memang sebuah alternatif mudah dalam membangun kerajaan bisnis. Beberapa bisnis rumahan yang berpotensi "naik kelas" antara lain catering, kuliner, fashion, bisnis online, dan masih banyak lagi. Sebenarnya, bukan persoalan jenis bisnisnya, namun lebih kepada konsep dalam membesarkan bisnis. Seorang pengusaha bisnis rumahan harus merubah mindset bahwa bisnis rumahan akan selamanya menjadi bisnis skala kecil. 

Beberapa upaya yang perlu ditempuh dalam menaikkan skala bisnis rumahan antara lain melakukan branding, menciptakan corporate identity, membenahi manajemen keuangan dan bisnis, serta mulai menawarkan produk dan jasanya ke level korporat.
***

Minggu, 05 Februari 2012

Mengintip Peluang Bisnis Pembayaran Online

Bisnis loket pembayaran online atau sering disebut PPOB alias payment point online bank marak belakangan ini. Kita bisa menemukan loket PPOB bertebaran di berbagai lokasi, terutama di kawasan perumahan.

Loket tersebut banyak didatangi orang karena melayani pembayaran PLN, PDAM, telepon, dan lain-lain. Padahal, kita tahu bahwa listrik dan telepon banyak sekali penggunanya. Alhasil, bisnis PPOB kian menjanjikan. Nah, kalau mau, Anda pun bisa memanfaatkan peluang ini.

Caranya mudah kok. Anda tinggal mengajukan kerja sama dengan perusahaan PPOB. Kebetulan, saat ini banyak perusahaan PPOB yang membuka kerja sama dengan masyarakat yang berminat terjun ke usaha ini.

Salah satu yang sudah sukses menjalani usaha ini adalah Ahmad Fuad. Sejak 2009, ia menjadi mitra PT Acsyndo yang bekerja sama dengan Bank Bukopin. Ia melayani mulai dari pembayaran listrik, PDAM, telepon, dan cicilan sepeda motor .

Hingga kini ia mampu melayani sebanyak 3.600 transaksi, dengan nilai transaksi mencapai lebih dari Rp 2,7 miliar per bulan. Pendapatan bersihnya berasal dari fee yang dihitung per transaksi.

Besaran fee setiap transaksi rata-rata sebesar Rp 1.000. "Taruh kata, kalau dihitung rata-rata Rp 1.000 per bulan, ya saya mendapat pemasukan bersih sekitar Rp 3,6 juta per bulan," imbuhnya.

Selain PT Acsyndo, masih banyak perusahaan PPOB lain yang menawarkan skema kerja sama semacam ini. Salah satunya adalah PT Bangun Usaha Energi Perkasa (BUEP) yang bekerja sama dengan Bank BRI.

Wengku Hari Agung, Kepala Cabang Wilayah Jawa Barat - DKI Jakarta PT Bangun Usaha, bilang bahwa syarat menjadi mitra perusahaannya cukup mudah. "Calon mitra cukup menyediakan lokasi loket dan komputer," ujarnya.

PT Bank Perkreditan Rakyat Karyajatnika Sadaya (BPRKS) juga melayani bisnis PPOB. Ribrata Sallata, Supervisor Marketing BPRKS mengatakan, sampai saat ini pihaknya telah memiliki 2.000 mitra. "Setiap mitranya rata-rata memiliki lebih dari seribu transaksi," ujarnya.

Menurut Ribrata, usaha ini menarik dijadikan sebagai bisnis sampingan. Kalau Anda tertarik menjajal usaha ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Berikut ulasannya:

Investasi

Modal awal yang dikeluarkan untuk memulai bisnis ini sangat kecil. Wengku Hari Agung bilang, investasi yang harus dikeluarkan mitra cukup dengan menaruh deposit uang sebesar Rp 100.000. Selain itu, mitra juga harus menyediakan lokasi loket dan seperangkat komputer.

Sementara syarat administratif berupa fotokopi identitas dan rekening BRI. "Jika semua syarat sudah dipenuhi, dalam seminggu sudah bisa beroperasi," ujar Agung.

Ribrata Sallata mengatakan, pihaknya menawarkan dua sistem kemitraan. Pertama, paket transaksi menggunakan mesin electronic data capture (EDC). Untuk paket ini, mitra wajib menyewa mesin EDC selama tiga tahun senilai Rp 4,5 juta. Melalui mesin ini, pembayaran listrik dapat dilakukan secara online.

Paket kedua melalui pendaftaran internet banking. Menurut Ribrata, mitra harus membayar registrasi senilai Rp 610.000 dan memasukkan deposit saldo untuk keperluan transaksi. "Jika sudah menjadi mitra, otomatis mereka akan punya rekening di BPRKS," ungkapnya.

Lokasi

Bila investasi sudah terpenuhi, carilah lokasi yang strategis. Faktor lokasi memang sangat menentukan. Menurut Agung, lokasi loket usahakan berada di daerah perumahan atau permukiman kelas menengah ke bawah.

Soalnya, penduduk kelas ini tidak terlalu suka menggunakan anjungan tunai mandiri (ATM) sebagai tempat pembayaran tagihan listrik. "Mereka lebih suka datang langsung ke loket," kata Agung.

Adapun orang-orang kelas menengah ke atas umumnya lebih suka membayar tagihan lewat telepon seluler. Dengan begitu, kebanyakan mereka enggan mendatangi loket pembayaran.

Ribrata mengatakan, umumnya mitra BPRKS menjadikan usaha ini sebagai bisnis sampingan. Mereka lebih suka membuka loketnya di depan rumah. Adapun sasaran konsumennya adalah masyarakat setempat. "Rata-rata mitra kami bisa melakukan 1.000 transaksi setiap bulan," kata Ribrata.

Pemasaran usaha

Menurut Fuad, yang sudah menjalani usaha ini, pemasaran loket PLKN tidak susah. Saat pertama kali memulai usaha ini, ia gencar menyebar brosur ke rumah-rumah penduduk. Kepuasan konsumen juga sangat diperhatikan, sehingga loketnya tersebar dari mulut ke mulut. "Yang paling penting pelanggan harus merasa nyaman dan percaya kepada saya," kata dia.

Ribrata mengatakan, saat seseorang telah resmi menjadi mitra, pihaknya akan memberikan pelatihan (training) agar dapat melakukan pemasaran secara luas. "Kami juga memberikan alat promosi berupa sebuah spanduk dan brosur sebanyak 500 lembar," kata dia.

Di PT Bangun Usaha Energi Perkasa juga ada pelatihan bagi mitra. Menurut Agung, yang paling penting dilakukan mitra adalah aktif memasarkan produknya. "Promosi itu di tangan mitra, mereka harus rajin keliling ke rumah-rumah," tukasnya.

Menjalani usaha ini, menurut Agung, tidak cukup hanya menunggu di loket. Lebih cocok lagi, loket tersebut juga menjual voucher pulsa telepon seluler. Dengan begitu, pelanggan langsung tahu bahwa di tempat itu melayani pembayaran listrik, ataupun pembayaran kredit sepeda motor. Berminat?
***

(Sumber : kontan online)