Sabtu, 30 Juni 2012

Usaha Untung Besar, Dari Cookies Aneka Rasa

“Imut, lezat, dan renyah!!!” Paduan inilah yang berhasil membuat camilan cookies aneka rasa diminati konsumen di berbagai belahan dunia. Bila dulunya cookies diciptakan karena sebuah kecelakaan kue di Negara Belanda (berasal dari kata “koekje” yang berarti kue kecil), sekarang ini cookies menjadi salah satu camilan lezat yang sangat cocok dijadikan sebagai teman santai maupun menjadi hidangan khusus di acara-acara istimewa, seperti misalnya pada saat menjamu tamu di Hari Raya Idul Fitri, Natal, maupun tahun baru.

Seiring dengan perkembangan waktu, cookies atau yang lebih akrab disebut dengan kue kering ini banyak digemari konsumen dari berbagai kalangan masyarakat. Tentunya moment tersebut bisa Anda manfaatkan dengan baik untuk merintis sebuah usaha. 

Karenanya, bagi Anda para mahasiswi yang memiliki hobi memasak, tidak ada salahnya bila Anda mencoba memproduksi cookies aneka rasa sebagai salah satu peluang bisnis mahasiswa yang menjanjikan untung besar setiap bulannya.

Konsumen
 
Pada dasarnya cookies disukai hampir semua orang. Mulai dari anak kecil, kalangan anak muda, hingga orang dewasa, semuanya menjadikan cookies sebagai teman asyik untuk menemani waktu santai yang mereka miliki. Selain itu, belakangan ini cookies juga mulai diinovasikan sebagai makanan tambahan bagi sebagian besar bayi di Indonesia. 

Dengan kandungan gizi yang cukup tinggi, cookies menjadi salah satu camilan ringan yang bisa dinikmati konsumen dalam segala suasana.
***


Senin, 25 Juni 2012

Dompet Handphone Murah Datangkan Untung Jutaan

Laris manis perkembangan bisnis handphone di Indonesia ternyata tidak hanya memberikan keuntungan besar bagi para produsen maupun distributor produk telepon seluler, namun juga mampu memberikan peluang bisnis baru bagi para pengrajin sarung atau dompet handphone yang keberadaannya semakin hari kian diminati para konsumen.

Tak bisa kita pungkiri bila beragam jenis aksesoris handphone, tidak terkecuali dompet atau sarung pelindung pun kini mulai dilirik konsumen untuk mempercantik penampilan ponsel yang mereka miliki. Kondisi inilah yang belakangan bisa Anda bidik dengan baik untuk dijadikan sebagai ladang bisnis baru yang menjanjikan untung besar setiap bulannya.

Konsumen
 
Hampir setiap orang yang memiliki handphone menginginkan tampilan ponselnya terlihat cantik dan menarik. Karenanya, Anda bisa membidik semua kalangan masyarakat untuk dijadikan sebagai calon konsumen yang cukup potensial. Misalnya saja dengan membidik para remaja yang menginginkan pernak-pernik serba unik, konsumen dewasa yang membutuhkan dompet handphone untuk melindungi telepon selulernya, serta kalangan menengah keatas yang membutuhkan dompet handphone untuk menunjang penampilan/ fashion mereka setiap harinya.
***


Rabu, 20 Juni 2012

Mengunci Laba dari Bisnis Kancing Kerang

Cangkang kerang tidak lagi dianggap sebagai limbah. Para perajin kini banyak yang memanfaatkan cangkang kerang untuk dibuat kancing baju dan tas. Karena dianggap lebih ramah lingkungan banyak pembeli dari luar negeri, terutama Eropa tertarik produk kancing dari cangkang kerang itu. Permintaannya pun terus bertambah.

Umumnya kancing baju terbuat dari bahan baku plastik. Namun, sekarang mulai banyak produk kancing baju dengan bahan baku non plastik yang lebih ramah lingkungan. Salah satunya, kancing baju dari cangkang kerang.

Di tangan-tangan nan terampil, cangkang kerang yang biasanya dibuang percuma dan menjadi limbah, bisa disulap menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi.

Bahkan produk kancing dari cangkang kerang kini sudah melanglang buana sebagai produk ekspor ke berbagai negara. Karena dianggap ramah lingkungan, produk kancing cangkang kerang tersebut ternyata cukup diminati pasar.

Salah satu pembuatnya adalah I Putu Darmaya. Ia berbisnis kancing berbahan cangkang kerang dengan bendera PT Caspla Bali. Sejak 2001, ia menekuni bisnis ini.

Menurut Darmaya, ada lima jenis cangkang kerang yang bisa diolah menjadi produk kancing. Yakni, cangkang kerang mutiara, lola, wadung, mabe, dan trukus. Dari berbagai jenis cangkang kerang tersebut, kancing dengan kualitas terbaik biasanya terbuat dari bahan baku kerang mutiara.

Bahan baku cangkang kerang, ia beli dari para penangkar kerang. Darmaya biasanya membeli cangkang kerang itu dari penangkar kerang di daerah Bali dan Lombok dengan harga Rp 15.000 per kilogram (kg) untuk mutu cangkang paling rendah. "Setelah kami olah menjadi kancing, harganya dari Rp 100 satu biji sampai Rp 1.000 per biji," ujar Darmaya.

Saban hari, Darmaya bisa memproduksi 300 kg hingga 400 kg kancing. Permintaan banyak datang dari pabrik garmen dan industri aksesori skala rumahan di Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang.

Selain itu, Darmaya juga sudah mengekspor produk kancing miliknya ke berbagai negara, seperti China, Italia, Jerman dan negara Eropa lain. "Omzet saya Rp 50 juta per bulan," imbuhnya.

Pembeli dari Eropa paling banyak lantaran mereka sangat peduli dengan produk-produk yang ramah lingkungan. Mereka juga menilai kancing dari kulit kerang menjadi sangat artistik bila dipadukan dengan busana. Maka itu, Darmaya bilang, permintaan kancing dari cangkang kerang ini dari para pembeli di Eropa terus meningkat.

Berkah memanfaatkan limbah cangkang kerang juga dinikmati Ahmadun, perajin skala industri rumahan di Situbondo, Jawa Timur. Sama seperti Darmaya, ia juga menyulap limbah cangkang kerang menjadi produk kancing baju dan tas, sejak tahun 2001 silam.

Bedanya, produk kancing baju Ahmadun belum sampai ke negeri orang. Ia hanya menyasar industri garmen dan aksesori skala rumahan sebagai target pasarnya.

Bahan baku cangkang kerang ia peroleh dari sekitar tempat tinggalnya. Dengan memakai peralatan yang sederhana, Ahmadun bisa menghasilkan 200 biji sampai 300 biji kancing baju dari cangkang kerang, dalam sehari.

Omzet yang ia raup memang belum sebesar Darmaya. "Omzet saya hanya sekitar Rp 10 juta per bulan," imbuhnya. Toh, ia memiliki kepuasan tersendiri berbisnis kancing cangkang kerang ini. Bukan cuma mendapat penghasilan, melainkan setidaknya ia juga bisa membantu mengurangi limbah lingkungan.

Agar pendapatan semakin mengkilap, Ahmadun maupun Darmaya, kini tak hanya menjual produk kancing baju dan tas saja. Tetapi juga berbagai macam pernak-pernik dan hiasan dinding. Tentu saja bahan bakunya tetap cangkang kerang. 
***

sumber:  http://peluangusaha.kontan.co.id


Jumat, 15 Juni 2012

Agnes Mengolah Kain Perca Batik Menjadi Sepatu Unik

Dengan usia yang relatif masih muda, Agnes Tandia, 23 tahun, berhasil menemukan ide sekaligus memproduksi sepatu berbahan batik. Selain memasarkan produk sepatunya di dalam negeri, Agnes juga punya jaringan pemasaran sepatu hingga ke Malaysia. Saban sebulan, Agnes meraup omzet lebih dari Rp 60 juta.

Jika kebanyakan kaum perempuan hanya bisa membeli sepatu buatan orang lain, lain halnya dengan Agnes Tandia di Bandung. Ia justru lebih banyak memakai sepatu buatannya sendiri.

Bahkan keahlian Agnes membuat sepatu itu telah menjadi ladang bisnis yang menggiurkan baginya. Kini, Agnes mampu memproduksi hingga 500 pasang sepatu wanita per bulan dengan omzet lebih dari Rp 60 juta.

Agnes pertama kali membuat sepatu wanita pada 2008, saat ia berusia 19 tahun. Ide itu muncul saat ia melihat banyak sisa kain pembuatan jaket berserakan di konveksinya. Maklum, sebelum memproduksi sepatu, Agnes sudah memproduksi jaket batik.

Dari bahan batik sisa jaket itulah Agnes mendesainnya menjadi sepatu. "Sayang jika bahan batik itu terbuang percuma," terang Agnes.

Ketika itu, Agnes belum punya keinginan membuat sepatu untuk keperluan komersial. Dia hanya ingin membuat sepatu buat dirinya sendiri. Tapi ternyata, banyak koleganya tertarik dengan sepatu dengan tampilan unik itu. "Bahan batik menjadi lapisan luar dari sepatu," terang Agnes.

Karena banyak yang berminat, Agnes memutuskan memproduksi sepatu yang dia beri merek Kulkith itu. Bahkan, agar produknya ini terkenal, ia membawa sepatu itu pada ajang pameran. Pada tahun 2009 itu, Agnes mengikuti pameran kerajinan Inacraft di Jakarta Convention Center (JCC). "Saya membawa dua lusin sepatu motif batik yang saya produksi dengan modal Rp 2 juta," terangnya.

Dari pameran itu, hatinya makin mantap berbisnis sepatu batik lantaran punya pasar potensial. Hampir seluruh sepatu itu habis terjual. Agnes pun pulang dengan membawa duit sekitar Rp 8 juta. "Dari dua lusin yang saya bawa, yang tersisa hanya lima pasang," kenang Agnes.

Dengan usia yang tergolong muda, Agnes kini sudah memiliki toko sepatu sendiri di Bandung, Jawa Barat. Ia juga sudah memiliki agen penjualan sendiri di Jakarta. Tak hanya itu, Agnes juga memiliki agen pemasaran hingga ke Malaysia. Namun begitu, penjualan sepatu batiknya masih mengandalkan pasar Jabodetabek.

Keunggulan sepatu produksi Agnes terletak pada penggunaan bahan baku. Agnes membuat sepatu dengan memadukan kain batik dengan bahan baku kulit. "Penggunaan bahan batik inilah ciri khas sepatu kami," terang Agnes.

Dengan mematok harga jual Rp 130.000 sampai Rp 250.000 per pasang, Agnes membidik segmen pasar kalangan perempuan muda yang berusia 15 tahun sampai usia 25 tahun.

Alumni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB itu mengaku sengaja memproduksi sepatu batik untuk kaum perempuan. Sebab, dari penilaiannya, kaum perempuan lebih peduli akan desain sepatu ketimbang kaum pria. "Maka itu setiap bulan saya selalu merilis tiga desain baru agar tetap bisa mengikuti tren pasar sepatu," jelas Agnes.

Demi kepuasan pelanggannya, Agnes tidak mau menjual sepatu dengan harga mahal. Alasan dia, konsumen bakal jarang berbelanja jika harga jual sepatu itu terlalu berat bagi kantong. "Jika harganya murah, mereka akan sering berbelanja," terang Agnes.

Walaupun harga sepatu itu terbilang murah, tetapi Agnes tidak mau menyepelekan masalah produksi. Ia tetap membuat sepatu dari bahan baku batik berkualitas dan bahan kulit yang bermutu. "Pemilihan corak batik juga penting agar cocok dibuat sepatu," kata dia.

Dalam bisnis ini, keluhan Agnes hanya satu: susahnya mencari tenaga kerja. Sebab, bisnis ini butuh tenaga kerja yang terampil, handal, serta kreatif. "Faktor tenaga kerja sangat penting karena sepatu kami ini buatan tangan atau hand made," katanya. 

***

sumber:  http://peluangusaha.kontan.co.id


Minggu, 10 Juni 2012

Laba Klinik Kecantikan Kian Cantik



Menjadi cantik merupakan impian hampir seluruh wanita. Banyak cara dilakukan oleh kaum hawa untuk mewujudkan mimpinya. Mulai dari mengonsumsi obat, berpantang makanan tertentu, dan pergi ke klinik kecantikan. Cara terakhir ini, sepertinya menjadi pilihan banyak wanita.

Tak heran jika klinik kecantikan berkembang menjadi bisnis yang potensial. Tengok saja beberapa pewaralaba klinik kecantikan yang menjalani bisnis ini. Dalam setahun terakhir, bisnis mereka berkembang, baik dari sisi pendapatan maupun penambahan jumlah mitra dan gerai.

Esri Medical Aesthetic, Martha Tilaar Salon & Day Spa, dan Pure Beauty Care adalah beberapa waralaba yang klinik kecantikan dan perawatan tubuh yang mengecap pertumbuhan. Meski, pemain baru bermunculan, mereka tetap yakin, prospek bisnis ini masih cerah.


• Esri Medical Aesthetic

Berbeda dengan waralaba salon kecantikan pada umumnya, Esri Medical Aesthetic mengedepankan konsep klinik kecantikan dari sisi medis. Klinik ini didukung oleh dokter bersertifikat dari Persatuan Dokter Estetik Indonesia (PERDESTI).

Susana Seriani, pemilik Esri Medical Aesthetic mengatakan, kini pihaknya telah memiliki empat mitra, yang tersebar di Ciledug, Ciputat, Makassar dan Surabaya, dan dua calon mitra baru. Padahal saat KONTAN mengulas waralaba ini akhir Maret 2010, Esri belum memiliki mitra.

Hanya saja, paket investasi Esri juga mengalami kenaikan. Jika pada awalnya, Esri menawarkan paket kerja sama senilai Rp 125 juta, kini meningkat menjadi Rp 135 juta. "Kenaikan Rp 10 juta ini karena ada pengembangan sistem komputerisasi pengelolaan klinik secara online. Jadi, mitra bisa terhubung dengan pusat," tandasnya.

Dari nilai investasi tersebut, mitra memperoleh seluruh peralatan lengkap untuk memulai usaha, seperti electromedic equipment dan electroesthetica equipment, termasuk produk perawatan kulit senilai Rp 35 juta.

Susana bilang, dalam sehari klinik ini bisa menjaring 10-15 pasien. Dengan biaya perawatan berkisar Rp 50.000-Rp 300.000 dan harga obat dari Rp 50.000 hingga Rp 75.000. Ia pun mengklaim, mitra bisa meraup omzet hingga Rp 20 juta per bulan. Dari omzet itu, mitra bisa mengantongi keuntungan hingga 50%, sehingga perhitungan masa balik modal akan tercapai dalam waktu 1-1,5 tahun.

Dengan kesuksesannya menjaring empat mitra dan dua calon mitra itu, Susana optimistis bisa memenuhi target tahun depan, yakni menambah enam hingga sepuluh mitra.


• Martha Tilaar Salon & Day Spa

Selain membuka salon dan klinik kecantikan sendiri, Martha Tilaar Salon & Day Spa menawarkan program waralaba dan kemitraan spa. Ketika KONTAN mengulas waralaba Martha Tilaar Salon & Spa pada September 2008, jumlah waralabanya mencapai 33 gerai. Kemudian pada Oktober 2010, jumlah waralabanya bertambah menjadi 42 gerai. Kini, Martha Tilaar Salon & Day Spa sudah memiliki 46 cabang, baik di dalam maupun luar negeri, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Ukrania dan Jepang.

Direktur PT Cantika Puspa Pesona Wulan Tilaar Widarto optimistis bisnis kecantikan akan makin tumbuh. Maklum, tingginya tingkat kesibukan dan stres, serta gaya hidup perkotaan membuat bisnis salon dan spa terus berkembang pesat. Apalagi, penggemar layanan salon dan spa tak terbatas pada perempuan, melainkan juga para lelaki.

Di Indonesia, Martha Tilaar Salon & Day Spa memiliki cabang di beberapa kota seperti Batam, Jakarta, Lampung, Palangkaraya, Pontianak, Balikpapan, Samarinda, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu masih ada beberapa di wilayah Sulawesi dan Sumatera. Di Sumatra, Martha Tilaar membukagerai di Aceh dan Riau. Sedangkan di Sulawesi, Martha Tilaar baru membuka satu gerai di Makassar. "Mungkin kami akan membuka beberapa spa di Indonesia Timur," kata Wulan.

Ia melihat adanya peluang dan potensi untuk bisnis salon kecantikan tumbuh di sana. Sebab, gaya hidup masyarakat di Indonesia Timur sudah mulai berkembang.

Membuka spa yang sudah ternama seperti Martha Tilaar Salon & Spa memang terbilang mahal. Bila berminat, terwaralaba harus menyiapkan modal awal Rp 1,5 miliar. Franchise fee sebesar Rp 275 juta untuk lima tahun. Nilai biaya waralaba ini belum berubah sejak tahun 2008.

Demikian pula dengan biaya royalti. Besar royalti yang harus dibayar terwaralaba masih sama, yakni sekitar 5% dari total omzet. Untuk membuka usaha spa ini, terwaralaba perlu menyediakan lahan dengan luas minimal 250 meter persegi.


• Pure Beauty Care

Klinik Pure Beauty Care kini memiliki tiga mitra yang tersebar di Medan, Serpong dan Jambi. Klinik yang khusus bergerak di bidang perawatan kulit muka dan tubuh ini berdiri pada 2008 lalu. Sampai saat ini, mereka belum mengubah nilai paket investasi yang ditawarkan untuk investor Pure Beauty Care.

Untuk menjadi terwaralaba, Pure Beauty Care mengenakan biaya waralaba sebesar Rp 120 juta untuk masa kontrak empat tahun. Mereka menawarkan keringanan pembayaran, dengan membayar setengah dulu saat penandatanganan nota kesepahaman, sambil menunggu renovasi tempat. Begitu renovasi tempat selesai, terwaralaba harus segera melunasi biaya franchise.

Setelah itu, nantinya terwaralaba juga harus membayar royalty fee sebesar 5% dari omzet per bulan. Asyiknya, terwaralaba baru membayar royalty fee setelah mereka balik modal. "Kami perkirakan masa balik modal itu setelah satu tahun usaha berjalan," kata Irene Yasmintiah, Pengelola PT Pure Beauty Care Indonesia..

Dengan mengusung produk perawatan kulit, Pure Beauty Care yang memakai bahan baku alami dari ekstrak buah-buahan, klinik kecantikan Pure Beauty Care menawarkan perawatan yang sehat. Produk perawatan kulit Pure Beauty Care langsung didatangkan dari Belanda. "Semua bahan perawatan dan peralatan kita impor," jelas Irene.

Perusahaan ini membidik peluang pasar pada segmen kelas menengah. Irene mengatakan, alasan pemilihan kelas menengah itu karena klinik perawatan kulit yang menyasar kelas atas sudah penuh dengan beberapa brand sudah cukup kuat, seperti Natasha dan Erha. "Pasar masih tetap terbuka luas," kata Irene.

Klinik Pure Beauty Care ini menawarkan produk untuk mengatasi masalah jerawat, flek, keriput, pemeliharaan kulit, alergi kulit, dan kekeringan kulit. Bahkan tidak hanya itu, Irene bilang, klinik ini juga menawarkan perawatan bagi konsumen yang mengalami permasalahan seputar bentuk tubuh.

Untuk menjadi mitra, hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan bisnis ini adalah kompetensi dalam bidang kecantikan. Sang franchisee harus memiliki kecintaan dan ketekunan di bidang ini. "Bisnis kecantikan berbeda dengan bisnis makanan, butuh kesabaran," ujar Irene.

Sampai saat ini, mereka sudah memiliki tiga mitra baru. Maklum, sebagai pendatang baru, Pure Beauty Care lebih memfokuskan diri untuk membangun brand image dengan konsep yang Pure Beauty Care.

Dengan brand image yang kuat, Irene yakin bisa mendorong calon pasien untuk berani mencoba menggunakan produk dari Pure Beauty Care. "Maklum, menggunakan produk kecantikan itu tidak seperti mencoba makanan atau baju," kata Irene.
***
 

Selasa, 05 Juni 2012

Kapan Saya Perlu Utang?

"Pinjaman tunai tanpa jaminan hingga Rp 200 juta proses cepat, hubungi 081… …" demikian pesan singkat yang tertulis pada telepon genggam, sepintas pesan tersebut menarik, tapi sesungguhnya kita wajib hati-hati karena pinjaman adalah identik dengan utang maka sudah pasti utang tersebut haruslah dapat dikembalikan berikut dengan bunganya, ya berikut dengan bunganya dan sesuai dengan jangka waktu yang disepakatinya.

Lalu pertanyaan berikut adalah apakah utang tidak boleh saya ambil seumur hidup? Mana yang lebih baik kita berutang atau tunai alias cash? Lalu bagaimana jika kita berada dalam kondisi terdesak jeratan utang? Jika pada akhirnya kita memutuskan untuk berutang dan atau menambah utang bagaimana kirannya waktu yang paling tepat untuk di ambil?

Nah untuk menjawabnya marilah kita sepakati dulu bahwa konsep utang adalah pinjam meminjam, dengan demikian karena bersifat pinjaman maka sudah menjadi kewajiban bagi penerima pinjaman (debitur) untuk mengembalikan kepada pemberi pinjaman (kreditur) dan tentunya pengembalian tersebut harus sesuai dengan kesepakatan debitur dan kreditur.

Biasanya dalam kesepakatan tersebut ada faktor yang melekat didalamnya yaitu jangka waktu dan imbal hasil atau bunga utang. Utang sangat berbeda dengan investasi, dalam investasi kewajiban untuk memberikan imbal hasil investasi dapat naik atau turun dari ekspektasi sedang utang pada umumnya memiliki imbal hasil (bunga) yang tetap dalam kondisi apapun.
Dengan demikian utang memiliki konsep yang sangat ketat (mengembalikan dalam kondisi apapun) maka sudah menjadi kewajiban bahwa pengambilan utang haruslah memenuhi kaidah kerja produktif, konstruktif bukan konsumtif.
Jadi bagi calon debitur, jika ingin mengambil utang maka pertimbangkanlah masak-masak beberapa faktor berikut ini:

Penggunaan dana utang, ya pertimbangkan secara masak alokasi dana pinjaman tersebut, ada 3 (tiga) kemungkinan alokasi penggunaan dana pinjaman yakni:
1. Penggunaan produktif yaitu utang untuk modal investasi atau modal kerja;
2. Penggunaan konsumtif yaitu utang untuk membeli barang-barang yang dipakai tanpa ada aktifitas produktif dari barang tersebut;
3. Penggunaan konstruktif yaitu utang dipakai untuk membayar utang lama yang memiliki tingkat bunga dan cicilan yang tinggi dari utang yang baru, dalam hal ini debitur melakukan restrukturisasi yang bersifat konstruktif atas kewajiban pembayaran utang yang sedang berjalan.


Kemampuan bayar cicilan yakni besarnya tidak melebihi dari 35 persen dari penghasilan setiap bulannya, ini berarti sangat erat kaitannya dengan:
1. Jangka waktu pinjaman serta uang muka yang dibayar (jika ada);
2. Suku bunga utang.


Manajemen resiko atas utang tersebut, yakni jika debitur meninggal dunia maka utang tersebut harus sudah dilindungi dengan asuransi jiwa dengan uang pertanggungan minimal sama dengan jumlah utang tersebut.

Singkat kata calon debitur yang akan berhutang harus memperhatikan penggunaan dana dan kemampuan bayar, jika tidak pasti akan terjerumus dalam lubang utang yang lebih besar. Kedua hal tersebut haruslah dilakukan secara bersamaan bahkan sebelum utang diambil.

Namun adakalanya kita dalam posisi terdesak untuk membayar utang, misalkan kita dalam tekanan pihak debt collector dan kita menyadari bahwa faktor diatas tidak dapat kita penuhi, namun utang baru meskipun bunga lebih tinggi harus tetap harus diambil, pada posisi ini maka saran kami adalah TIDAK MENGAMBIL utang yang baru, namun bicarakan dengan pihak Bank untuk mendapatkan keringanan.

Jika pembicaraan dengan pihak Bank tidak menemukan hasil yang memuaskan maka alangkah baiknya sebagai langkah terakhir anda mulai mencari perlidungan secara hukum dengan cara menghubungi konsultan hukum. Karena sebesar apapun utang dapat dipailitkan secara hukum. Konsekuensi jika dipailitkan adalah anda tidak bisa untuk mengambil utang baru melalui bank selama minimal dalam 3 (tiga) tahun, hal ini disebabkan status utang anda di Bank Indonesia adalah menjadi 5 (lima) alias dalam kondisi macet total (pailit).

Dengan demikian dalam kondisi terdesak:  "Jangan mengambil utang baru dengan suku bunga lebih besar serta jangka waktu yang lebih singkat dari utang yang lama (dengan alasan apapun!), hal ini dapat tercermin dengan besarnya cicilan utang baru melebihi cicilan utang yang lama."

Demikian pembaca yang bijak, hal diatas menjadi acuan utama jika kita akan mengambil utang baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi terjepit atau terdesak.

Perlu diketahui apabila kita menggunakan utang untuk penggunaan produktif, maka utang tersebut sangat berpotensi untuk mempercepat pertumbuhan aset kita, dalam hal ini utang berfungsi sebagai pengungkit (leverage) dan akan berimbas pada pertumbuhan aset secara signifikan.

Jadi mana yang lebih baik kita menggunakan dana tunai atau dengan berutang?, jawabannya adalah jika utang tersebut kita yakini merupakan utang yang produktif maka silahkan anda berutang, namun uang tunai atau cash tersebut kita wajib dialokasikan pada instrumen investasi yang aman misalkan reksa dana pendapatan tetap atau dapat dikombinasikan dengan emas. Fungsi alokasi investasi ini adalah selain untuk lindung nilai juga berfungsi sebagai pengurang beban utang secara akumulasi.
Demikian pembaca anda tidak perlu takut untuk berutang asalkan penggunaan utang adalah secara produktif dengan syarat anda benar-benar menghitung penggunaan dana dan kemampuan bayar anda secara matang.
*** 


Jumat, 01 Juni 2012

Omzet Bisnis Produk Kulit Bisa Miliaran Rupiah

Produk berbahan kulit asli memang terbilang mahal. Tapi bukan berarti produk ini tak diminati masyarakat. Buktinya, bisnis produk kulit terus dibanjiri pesanan hingga bisa meraup omzet miliaran rupiah.

"Pesanan ada aja walaupun saingan lebih ketat," ujar pemilik usaha Sasta Collection, Santi, kepada Kompas.com, di sela-sela Gelar Sepatu, Kulit, dan Fashion 2012, di Jakarta Convention Center, Senayan, Sabtu (19/5/2012).

Santi yang telah memulai usaha sejak tahun 2000 ini mengaku tak pernah mengalami sepi pembeli sekalipun usaha produk kulit kian menjamur di Garut, Jawa Barat. Produk kulitnya, mulai dari dompet hingga tas, terus menyasar pasar di Jakarta hingga Yogyakarta. "Bahkan sampai Batam. Mereka (pembeli) ambil barang ke saya," sambung dia.

Pembeli dari negera tetangga, yakni Malaysia, pun langsung berkunjung ke Garut, untuk membeli produk kulit Santi dan suaminya, Adis. "(Pembeli) Malaysia sering ke toko tiap minggu atau dua minggu. Belanja barang yang ada di toko," ucapnya.

Kian banyaknya masyarakat yang membeli produk kulit asli pun diakui oleh Ali Zaenal Abidin,  adik pemilik usaha produk kulit Barokah, di Sidoarjo, Jawa Timur. Ali mengatakan, harga produk kulit tentunya lebih mahal ketimbang imitasi. Misalnya, untuk dompet kulit yang dijualnya dihargai sekitar Rp 85.000 per buah, lalu untuk sebuah jaket kulit bisa sampai Rp 1,2 juta.

Ali menyebutkan, mahalnya produk kulit sudah tentu membuat omzet usaha pun kian besar. Keuntungan usaha produk kulit bisa berlipat-lipat. "Omzet terus naik, ya setahun ya bisa miliaran rupiah," tegas dia.

Ia pun mengaku, selama empat hari pameran di arena Pekan Raya Jakarta (PRJ), Kemayoran, pada pekan lalu, bisa meraup omzet Rp 50 juta. "Itu cuma empat hari, kan rata-rata pameran memang segitu harinya," pungkas dia. 

***

Senin, 30 April 2012

3S, Kunci Sukses Entrepreneur di 2012

Tak bisa dipungkiri, penjualan dari individu ke individu atau peer to peer yang mengandalkan rekomendasi sangat dipercaya oleh orang. Rekomendasi seseorang menjadi salah satu keberhasilan sebuah produk bisa diterima masyarakat. Kini, hal tersebut juga berlaku di sosial media. Pengusaha startup di tahun depan, harus memanfaatkan momentum ini untuk bisa meraup konsumen.

Demikian disampaikan Danny W. Wirianto, co-founder Mind Talk yang menjadi pembicara dalam seminar Sparx Up "Gamification and Convergence" di International Design School, Jakarta, Jumat (23/12/2011). "Yang akan menjadi tren adalah 3 S, yakni Social, Share, and Speed," jelasnya.

"Social" adalah bagaimana seseorang terhubung dengan orang lain dan saling berbagi. "Share" adalah bagaimana seseorang membagikan pengalamannya kepada orang lain, melalui teks, foto, video, apapun itu, melalui jejaring sosial. "Speed" adalah bagaimana jejaring sosial bisa memberikan informasi yang sangat cepat, melebihi kecepatan dari wartawan menuliskan berita.

Hal yang harus menjadi bagian yang harus dikembangkan oleh pengusaha startup di tahun 2012, yakni menjaga hubungan sosial dengan masyarakat, sharing informasi yang dibutuhkan masyarakat, dan memiliki kecepatan dalam menanggapi keluhan masyarakat mengenai produk atau layanan yang ditawarkan.

Selain itu, masyarakat juga menyukai penghargaan. Oleh karena itu, buatlah sebuah perusahaanstartup yang bisa menghibur dan menjadi sesuatu yang dicari oleh masyarakat. "Kita sudah stress dengan pekerjaan, kehidupan sudah sulit, lalu baca berita isinya berita buruk semua, tambah stress orang-orang. Anda tahu bagaimana Foursquare bisa lebih populer dari situs check-in lainnya? Karena ada badge, ada penghargaan yang membuat orang lain bangga walau cuma check-in doang," jelas Danny.

Kemudian menurut Danny, mengapa teknik pemasaran dengan gamification akan laku di tahun depan? karena kebutuhan masyarakat akan hiburan dan penghargaan juga besar. Maka, bisa memenangkan sebuah game dan mendapat penghargaan meskipun itu vrtual juga menjadi hiburan yang berarti. Lahan ini akan subur jika peruahaan start-up ingin mencobanya.

Namun tetap, kembali lagi Danny mengingatkan bahwa startup harus fokus kepada satu bidang tertentu. Jika ingin mengembangkan game, fokus di game. Jika ingin mengembangkan aplikasi yang memiliki fungsi, seperti Instagram misalnya, fokuslah membuat aplikasi untuk foto.

Jadi, mengembangkan paltform media sosial dengan fokus kepada salah satu bidang tertentu sembari memikirkan penghargaan apa yang menarik bagi pengguna untuk tetap menggunakan produk kita merupakan cara startup bisa bertahan di tahun depan.

***

sumber : kompas.com

Rabu, 25 April 2012

Peluang Bisnis Kancing dari Bahan Tempurung Kelapa

Potensi bisnis nan besar datang dari tempurung kelapa. Tempurung yang dianggap tak berguna menjadi bernilai setelah dibuat kancing. Perajin kancing dari tempurung ini juga masih sedikit, tapi permintaan kancing alami ini terus meningkat, termasuk permintaan dari pasar ekspor.
 
Limbah tempurung atau batok kelapa nyatanya tidak hanya bermanfaat sebagai bahan arang. Beberapa tahun belakangan, tempurung kelapa juga bisa disulap menjadi sebuah kerajinan yang jauh lebih ekonomis, yakni kancing baju.

Uang Redy, pemilik Redy Handicraft di Tasikmalaya, Jawa Barat, berhasil membangun usaha pembuatan kancing dari tempurung kelapa ini sejak 2007 lalu. Menurut Uang, prospek usaha pembuatan kancing cukup menjanjikan. Selain pemainnya masih sedikit, bahan baku pun melimpah.

Setiap bulan, Uang mengolah enam ton tempurung kelapa untuk bahan baku kancing. Mantan perajin pandan ini membeli bahan baku itu seharga Rp 3 juta. "Harga batok kelapa cenderung stabil, nyaris tak ada kenaikan setiap tahunnya," ujarnya.

Dari bongkahan tempurung kelapa ini, Uang beserta lima orang pekerjanya hanya mengandalkan keterampilan tangan untuk membuat kancing. Alat yang digunakan hanya alat pemotong untuk membentuk kancing, bor untuk proses pelubangan, dan ampelas untuk menghaluskan kancing.

Dalam sebulan Uang bisa membuat hingga 600.000 kancing dengan beragam ukuran, mulai dari kancing berdiameter 2 cm hingga 4,5 cm. "Kancing 2 cm biasa untuk baju, sedangkan kain 4,5 cm untuk kerajinan tas atau sandal," ucapnya. Harga jual kancing ini berkisar Rp 6.000-Rp 8.000 per 100 buah.

Uang pun memasarkan kancingnya hingga ke Tasikmalaya, Bandung, Pekalongan, Cirebon, dan Jakarta. Dari usaha ini, lelaki 50 tahun ini pun bisa mengeruk omzet hingga Rp 40 juta per bulan.

Sayang, karena tenaga kerja masih terbatas, Uang pun belum sanggup menggarap pasar ekspor. "Permintaan pasar ekspor mencapai satu juta kancing per bulan," ungkap Uang yang ingin memiliki pabrik kancing.

Maklum, tak hanya sebagai diminati industri fesyen, kini banyak pula yang memakai kancing tempurung kelapa sebagai hiasan dinding. "Kami pernah menerima order kancing berdiameter 8 cm untuk hiasan dinding. Namun, karena keterbatasan tenaga kerja terpaksa kami tolak," tandasnya.

Uang berharap bahwa dari usaha kancing ini, ia bisa mengangkat Desa Nuwasangi sebagai daerah penghasil kancing tempurung kelapa. Alhasil, usaha ini akan meningkatkan perekonomian desa di Kecamatan Cisayong ini.

Selain Tasikmalaya, kerajinan kancing batok kelapa juga ditekuni Haryanti di Bantul, Yogyakarta. Berbeda dengan Uang, Haryanti terjun di usaha ini secara tak sengaja.

Kebetulan, sang suami adalah perakit berbagai macam mesin, termasuk mesin pembuatan kancing tempurung kelapa. Pemilik CV Ceria Usaha Mandiri ini pun lantas memulai usaha pembuatan kancing sejak 2002.

Awalnya, mantan pengusaha makanan ringan ini, hanya menggunakan dua kantong tempurung kelapa yang dibelinya seharga Rp 10.000. Saat itu, ia memproduksi kancing dua ukuran, yakni 1,3 cm dan 1,5 cm.

Haryanti kemudian menjual kancing-kancing itu ke toko alat-alat jahit di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Tak disangka, pesanan kancing dari toko itu terus mengalir.

Setelah terlihat penjualan yang besar, Haryanti juga mulai menawarkan produknya ke berbagai perusahaan konveksi batik di Yogyakarta. Bak gayung bersambut, banyak perajin batik yang tertarik untuk membeli kancing tempurung kelapa tersebut. Maklum, dengan menggunakan kancing jenis ini, pakaian batik pun lebih terkesan etnik.

Kini, Haryanti membuat kancing dalam berbagai ukuran, mulai ukuran terkecil 1,3 cm yang dijual dengan harga berkisar Rp 10 hingga Rp 50 per buah, hingga kancing terbesar yang dicetaknya dengan diameter 8 cm. Kancing besar ini dijual seharga Rp 2.000 per buah.

Kini, ia telah memiliki pelanggan tetap di Jakarta, Bali, dan Maluku. Pelanggan ini diperolehnya saat mengikuti pameran. Tak hanya pelanggan lokal, Hariyanti juga telah mengekspor kancing ke Malaysia dan Jamaika.

Dalam pengembangan usahanya, Hariyanti juga merangkai kancing tempurung kelapa ini menjadi tas, sarung bantal, gantungan kunci, dan bingkai cermin. Bahkan, ia menjual tempurung kelapa orisinal untuk digunakan konsumen sebagai bahan hiasan rumah.

Tak heran, kini, bahan baku yang dibutuhkannya makin besar. Dalam sebulan, ia butuh satu truk tempurung kelapa senilai Rp 4 juta sebagai bahan baku. Haryanti membeli tempurung itu di sekitar Yogyakarta saja. Dengan modal tersebut, Hariyanti bisa mendulang omzet hingga Rp 20 juta.

Di tahun-tahun mendatang, pengusaha binaan PLN ini terobsesi untuk membuat kancing yang lebih halus dan unik. Sekarang, ia sedang mengembangkan kancing dengan pola tangan. "Untuk kancing yang mempunyai pola rumit seperti ini, saya menjualnya dengan Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per buah," terang perempuan berusia 40 tahun ini.
***

sumber : kontan online

Jumat, 20 April 2012

Potensi Bisnis Baju Perempuan Menyusui

Sudah menjadi kodrat bagi para ibu untuk memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya. Namun aktivitas menyusui bisa terganggu kalau kebetulan sang ibu sedang berada di tempat umum. Karena itu, agar tetap bisa memberi ASI di mana saja, produsen pakaian pun membuat pakaian khusus bagi ibu menyusui. Bisnis ini terus berkembang selama ada ibu hamil.

Seiring tingginya kesadaran ibu-ibu untuk memberikan air susu ibu (ASI) untuk buah hatinya, mendatangkan peluang untuk berbisnis pakaian ibu menyusui. Maklum, sering, para ibu merasa tak nyaman jika ia terpaksa menyusui di depan banyak orang.

Salah satu produsen pakaian ibu menyusui ini adalah Jovita Roland. Pemilik merek Milky Way ini mulai membuat pakaian ibu menyusui sejak tahun 2007.

Awal mula Jovita terjun pada bisnis ini karena ia kesulitan mencari baju untuk ibu menyusui di pasaran. "Bisa dibilang, saat itu, hampir tak ada pakaian model ini," jelasnya.

Ternyata, hasil kreasinya mendapat respons yang baik dari banyak ibu di sekitar tempat tinggalnya. "Dari situ, saya melihat, permintaan untuk produk ini ada dan berpotensi untuk digarap menjadi sebuah bisnis ke depannya," tuturnya.

Ketika mendesain pakaian ini, Jovita tak hanya mengejar fungsi, tapi tetap memikirkan sisi modis dan kenyamanan. Maklum, baju ini mungkin akan dipakai oleh si ibu selama dua tahun masa menyusui. "Pakaian ini digunakan dalam keseharian, maka model, warna dan motif perlu diperhatikan untuk menghindari kejenuhan," ujarnya.

Mengaku sebagai pionir usaha ini di tingkat lokal, Jovita mengatakan, kini, kompetitor yang membuat pakaian khusus untuk menyusui mulai bermunculan. "Sebelumnya, kebanyakan pakaian menyusui ini merupakan produk impor dan harganya jauh lebih mahal," tandasnya.

Di Milky Way, Jovita menjual produk ini mulai Rp 100.000 hingga Rp 600.000. Ia pun tak gentar bersaing dengan produk impor. Selain kualitas bahan dan model yang setara, produk impor itu tak berlabel brand besar.

Produk Milky Way menyasar semua kalangan. Bahkan, produk ini banyak dipesan oleh WNI yang tinggal di luar negeri, seperti Australia, Jepang, Korea, hingga Belanda. "Kami menggunakan bahan kaus," kata Jovita.

Selain menjual eceran melalui reseller, Jovita juga menerima pesanan dengan desain khusus. Setiap bulan, ia bisa menjual 300 hingga 400 pakaian. Dus, omzetnya pun bisa mencapai Rp 50 juta per bulan.

Dengan melakukan kerja sama dengan beberapa pihak seperti organisasi dan komunitas menyusui serta rumah sakit ibu dan anak, Jovita berharap mampu mengedukasi para ibu bahwa menyusui itu tetap mudah meski sering bepergian. "Menyusui itu menyenangkan dan akan menjadi masa-masa yang dirindukan oleh tiap ibu nantinya," tandasnya.

Selain Jovita, Ester Lilis juga terjun dalam bisnis baju menyusui. Ia merintis usaha ini sejak 2009 di Bekasi.

Awalnya, Ester membuat baju untuk dirinya sendiri. Ia membuat baju khusus menyusui ini karena sangat sulit menemukan tempat yang nyaman untuk menyusui ketika berada di luar rumah.

Ester pun kesulitan mencari baju jenis ini yang diproduksi lokal. "Kebanyakan baju impor yang harganya mahal," ujarnya. Akhirnya, demi memenuhi kebutuhannya, Ester lantas mendesain baju menyusui untuk dirinya sendiri.

Tak disangka, desain bikinannya mendapat respons yang baik dari keluarga dan teman-teman dekatnya. Pikiran Ester pun jadi terbuka bahwa membuat baju menyusui bisa menjadi peluang bisnis yang hasilnya lumayan.

Pasalnya, setiap hari pasti akan ada ibu yang melahirkan kemudian menyusui anaknya. "Permintaan baju khusus menyusui pasti akan terus ada, selama ada ibu hamil," katanya, sumringah.

Selain itu, saat ini kesadaran untuk menyusui di kalangan ibu-ibu juga meningkat tajam setelah undang-undang mengenai aturan penggunaan susu formula diterapkan. Menurut Ester, meningkatnya kesadaran untuk menyusui ini tentu membuat baju menyusui semakin dibutuhkan.

Ester mengaku ide desain baju ini diperolehnya dari majalah mode. Permintaan saat ini didominasi oleh baju khusus menyusui untuk wanita muslimah.

Karena itu, Ester juga rajin membolak-balik halaman majalah baju muslim. "Sekitar 90% permintaan justru untuk baju menyusui muslimah. Mungkin agar lebih efisien karena sekalian baju muslim," tandasnya.

Ester menjual baju khusus ibu menyusui dengan kisaran harga Rp 85.000 sampai Rp 160.000 untuk baju berbahan katun lokal. Adapun baju menyusui dengan bahan kaus rayon, harganya mulai Rp 100.000 sampai Rp 190.000.

Meski hanya memasarkan lewat dunia maya, Ester telah mengirim banyak pesanan hingga ke Sumatra, Kalimantan, Sulawesi bahkan Papua. "Tapi pesanan mayoritas masih datang dari Jabodetabek," imbuh Ester.

Setiap bulan, Ester sanggup menjual hingga 70 baju ibu menyusui. Dengan begitu, ia pun bisa mendulang omzet lebih dari Rp 10 juta per bulan.

Demi memenuhi permintaan pakaian khusus ibu menyusui yang kian ramai ini, Ester pun menggandeng lima produsen baju di seputar Jawa Tengah dan Jawa Barat. Maklum, selain desain yang variatif dan motif, harga tetap menjadi pertimbangan utama konsumennya. "Saya memang melakukan kerja sama dengan produsen lain dan juga banyak konveksi, supaya bisa mendapatkan harga yang lebih kompetitif," pungkasnya.

***

sumber : kontan online

Minggu, 15 April 2012

E-Money, Efisien atau Tidak ?

Orang bilang, sekarang zaman yang serba praktis. Di tengah kesibukan yang kian mendera sehingga waktu semakin terbatas, Anda tentu merasa terganggu jika harus menghadapi soal sepele. Misalnya, menunggu lama untuk menerima uang kembalian saat membayar belanjaan di supermarket atau di pintu jalan tol. Lebih kesal lagi kalau kembalian itu berupa uang receh semua atau diganti segepok permen.

Seiring kemajuan teknologi, penggunaan uang elektronik atau e-money makin marak dalam beberapa tahun terakhir. Wujudnya bisa berupa kartu plastik yang sudah terselip cip atau kartu telepon seluler. Sejatinya, uang elektronik mulai dikenal di Indonesia sekitar awal 2000-an. Bank Bali sebagai pionir menyebutnya dengan e-wallet. Sayang, e-wallet tak bisa berkembang pesat karena bank lebih fokus mengembangkan kartu debit.

Setelah kartu debit berkembang, uang elektronik mulai kembali dilirik sebagai alternatif pengganti uang tunai. Bank Indonesia (BI) mencatat, saat ini, ada enam bank, empat operator telepon, dan satu perusahaan jasa telekomunikasi yang resmi menyediakan uang elektronik. Pengguna dan volume transaksi e-money ini juga terus naik dalam lima tahun terakhir.

Uang elektronik memang membuat transaksi menjadi praktis. Pembeli tak perlu mengeluarkan setumpuk uang dari saku, sedangkan penjual tak usah repot menyediakan uang kembalian. Manfaatnya kian terasa jika dipakai untuk transaksi rutin sehari-hari.

Misalnya, para pelaju yang mengendarai mobil dari pinggiran Jakarta ke pusat kota saban hari. Mereka harus mengalokasikan bujet khusus harian untuk membayar bahan bakar di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan karcis untuk keluar-masuk jalan tol. Mungkin, ada dua atau tiga ruas tol yang harus dilewati untuk sekali jalan dengan kebutuhan uang sekitar Rp 15.000.

Tak hanya kaum bermobil, para pekerja yang menggunakan angkutan umum ke pusat kota Jakarta juga harus menyiapkan uang transportasi tiap hari. Moda transportasinya bisa berupa bus, kereta api, atau busway Trans Jakarta.

Khusus bagi pengendara motor atau mobil sendiri, mereka harus merogoh kocek lagi untuk membayar parkir. Anggarannya bisa sekitar Rp 10.000-Rp 15.000 sehari. Nah, tentu sangat merepotkan jika orang harus menyediakan uang tunai sejumlah itu tiap hari.

"Kalau memiliki kebutuhan rutin seperti itu, tepat jika menggunakan uang elektronik sebagai alat bayar karena Anda akan mendapatkan benefit-nya," kata M. Ichsan, perencana keuangan dari Prima Planer. Ia mencontohkan penggunaan uang elektronik terbitan salah satu bank yang menawarkan benefit berupa gratis bensin beberapa liter berdasarkan pembelian dalam jumlah tertentu. Ada pula diskon tarif parkir.

Berbagai Diskon

Rico Usthavia Frans, Senior Vice President (SVP) Electronic Banking PT Bank Mandiri Tbk mengungkapkan, banyak keuntungan bagi pengguna kartu prabayar. "Bisa beli apa saja tanpa perlu kembalian. Transaksi lebih cepat," katanya.

Kartu prabayar Bank Mandiri juga bisa digunakan di sekitar 6.000 merchant. "Hampir semua Indomaret menerima dan sekitar 1.000 SPBU," kata Rico. Tawaran diskon yang diberikan Bank Mandiri tak banyak. Namun, beberapa merchant getol memberikan diskon bagi pengguna kartu prabayar ini.

Tingginya animo masyarakat memakai kartu elektronik ini tercermin dari jumlah nasabah pengguna kartu prabayar Bank Mandiri yang akan mencapai satu juta bulan depan. Bahkan, di akhir tahun nanti, ditargetkan jumlahnya 1,5 juta nasabah. Mandiri mematok target, frekuensi transaksi melalui e-money ini mencapai dua juta transaksi sebulan. Rico mengklaim, Bank Mandiri menguasai 55%-62% pasar transaksi uang elektronik di Indonesia.

Peningkatan pengguna uang elektronik juga terlihat pada Flazz BCA. Hingga awal Juli 2011, 2,8 juta kartu Flazz telah beredar. Selama 2011, PT Bank Central Asia (BCA) menargetkan, ada tambahan 400.000 baru. Sementara, transaksi Flazz BCA saban bulan mencapai sekitar Rp 33 miliar.

Manfaat kartu Flazz kian bertambah setelah BCA menggandeng Kompas Gramedia (KG). Dua korporasi ini meluncurkan kartu KG Value Card Flazz pada awal Juli lalu. Target pasarnya adalah pelanggan Grup Kompas beserta para karyawannya.

Unit usaha KG yang terlibat dalam kerjasama ini adalah Kontan, Kompas, Hotel Santika, Toko Buku Gramedia, dan Warta Kota. Jadi, pemilik kartu akan mendapat diskon sebesar 20% untuk setiap acara yang digelar unit KG dan diskon 10% untuk pembelian cenderamata. Selain itu, Hotel Santika memberikan diskon tarif 10% hingga 50% dan diskon buku di Toko Buku Gramedia sebesar 20% hingga 31 Agustus nanti.

Operator seluler terbesar di Indonesia, PT Telkomsel, juga terus mengembangkan T Cash. Mereka menjalin kerjasama dengan merchant yang tersebar hampir di seluruh Indonesia. Terakhir, pada pertengahan Juli, mereka menggandeng convenience store 7-Eleven untuk menawarkan modifikasi dari T Cash, yakni Tap-Izy.

Teknologi radio frequency identification (RFID) berikut cip dan antena yang tertanam pada kartu SIM memungkinkan kartu itu menjadi alat pembayaran. Sama halnya uang elektronik keluaran bank, pengguna cukup menyentuhkan ponselnya ke alat pembaca di kasir.

Tentu, kartu elektronik itu tak gratis. KG Value Card Flazz mesti ditebus dengan harga Rp 50.000. Cara lainnya adalah berlangganan media itu selama jangka waktu tertentu. Harga kartu uang elektronik terbitan bank juga rata-rata Rp 50.000, dengan batas maksimal pengisian Rp 1 juta. Telkomsel pun mematok harga kartu yang sama bagi pelanggan Hallo dan Simpati.

Alat untuk mengontrol bujet rumahtangga

Meski penggunaan uang elektronik berkembang pesat, sejatinya ada kecenderungan fasilitas ini hanya dipakai dalam transaksi tertentu. Misalnya uang elektronik hanya untuk membayar tarif tol, pembelian bensin, atau pembelian tiket moda transportasi.

Contohnya, kartu Bank DKI. Mereka menawarkan beragam fasilitas kepada pengguna kartu Jakcard. Yakni, pembelian tiket busway, kereta api komuter Jakarta, hingga berbelanja di 450 gerai Indomaret di wilayah Jakarta. Pengguna akan mendapat kemudahan karena tak perlu antri lama.

Sementara, pengguna E-toll Card Bank Mandiri mendapatkan fasilitas pintu gerbang khusus untuk pembayaran tol. Fasilitas ini yang menarik masyarakat untuk menggunakan uang elektronik sebagai alat bayar.

Agar fungsinya sebagai alat bayar berjalan lancar, Ichsan mengingatkan, konsumen harus memilih uang elektronik yang bisa diterima di banyak tempat, terutama tempat spesifik yang dibutuhkan. Ia menyarankan uang elektronik digunakan sesuai kebutuhan rutin seperti membayar tol, beli bensin, atau berbelanja di minimarket dan tempat makan yang spesifik. "Kalau pola seseorang masih suka makan di kakilima, susah pakai uang elektronik," katanya.

Selain itu, uang elektronik dapat dipakai untuk mengontrol bujet di setiap pos pengeluaran individu atau rumahtangga. Misalnya, keluarga bisa menggunakan kartu tunai prabayar itu untuk mengontrol pembelian bensin maupun belanja rumahtangga setiap bulan. Alih-alih memakai cara kuno, seperti dengan amplop, kartu semacam itu akan memudahkan keluarga mengalokasikan dana untuk pos-pos pengeluaran rutin.

Kartu tunai prabayar itu menawarkan kepraktisan kepada penggunanya. Selain tak perlu membawa setumpuk duit tunai, kita juga tak perlu ribet memasukkan sandi (PIN) atau membubuhkan tandatangan saat membayar di kasir.

Tapi, sebenarnya, uang elektronik tak lebih efisien ketimbang kartu debit. Kartu debit mempunyai fleksibilitas lebih tinggi karena memiliki batasan nilai transaksi lebih besar. Nah, silakan menimbang. Apakah Anda memang membutuhkan uang elektronik?
***
(sumber : kontan online)

Selasa, 10 April 2012

Peluang Usaha: Nasi Uduk Pun Investasi Menarik

Pekerjaan iseng kerap kali membawa untung. Usaha yang semula cuma untuk membunuh waktu bisa benar-benar berkembang melebihi yang diperkirakan. Pengalaman ini terjadi saat keluarga Kamil mencoba memanfaatkan lahan parkir untuk berjualan nasi uduk di lapangan parkir di depan ruko mereka.

Saat itu mereka menjalankan bisnis money changer bernama Cahaya Sakti. Sehabis jam kerja, lapangan parkir tak termanfaatkan. Otomatis sejak sore hingga pagi hari esoknya lahan itu menganggur, padahal lokasinya sangat strategis di kawasan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.

Ide membuat gerai makanan muncul ketika sebuah gerai bakmi Gondangdia di sekitar itu banyak pelanggannya. “Kami lalu berpikir, kami pun bisa melakukan itu, kami punya tempat yang strategis, lahan parkir yang lumayan luas, dan itu tak perlu nyewa. Kenapa tidak digunakan untuk mendirikan gerai makanan tendaan?” ungkap Jusriel Kamil, salah seorang pendiri Nasi Uduk Gondangdia..

Menurut Ernawita, seorang pendiri yang lain, mulanya mereka berempat (Ernawita, Jasmine, istri Jusriel, dan Elizabeth Enrika) membuat sejumlah makanan contoh yang layak dijual untuk menentukan jenis makanan apa yang oocok. Pilihannya jatuh pada nasi uduk karena berciri khas Betawi dan diperkirakan bakal langgeng. Setelah itu mulailah jualan nasi uduk di tempat parkir itu. Jumlah meja yang dipasang sebanyak 12 meja. Mereka menyiapkan nama, yaitu Nasi Uduk Cahaya Asli, nama yang tak jauh dari nama money changer yang mereka miliki.

“Pada hari pertama buka, modal (untuk belanja bahan baku) kami Rp 400 ribu, tapi malam itu kami bisa mengumpulkan pendapatan sampai Rp 600 ribu. Jadi, hari pertama jualan saja kami sudah untung,” cerita Jasmine. Hari-hari berikutnya jumlah pengunjung tak pernah surut, malah terus bertambah. Sampai sekarang, setelah 15 tahun, jumlah pengunjungnya rata-rata 500 orang semalam. Sedangkan omset rata-rata sehari antara Rp 9 juta – Rp 12 juta. Usaha itupun dalam tempo tiga bulan sudah bisa mengembalikan modal awal mereka.

Setelah itu Nasi Uduk Cahaya Sakti mendapat kunjungan tetap para pelanggannya. Uniknya para pelanggan lebih mengenalnya sebagai Nasi Uduk Gondangdia ketimbang nama aslinya Nasi Uduk Cahaya Sakti. Karena itulah belakangan Keluarga Kamil memformilkannya menjadi Nasi Uduk Gondangdia.  Nama ini pula yang diusung untuk ditawarkan kerjasama kemitraannya mulai tahun 2008 ini. “Kami menawarkan franchise Nasi Uduk Gondangdia dengan paket investasi Rp 180 juta,” ujar Hendry E. Ramdhan, marketing franchise manager Nasi Uduk Gondangdia. Investasi itu meliputi franchise fee Rp 100 juta untuk kerjasama tiga tahun dan sisanya untuk persiapan pembukaan outlet.

Menurut Hendry, ada dua paket yang ditawarkan yaitu tipe Full Outdoor (tenda knock down) dengan ukuran 10 x 10 m2 dan jam operasionya 16.30 hingga 23.30 dan tipe Kombinasi Outdoor dan Ruko dengan ukuran tempat 100 m2 yang jam operasionalnya jam 11.00-23.30. Setiap franchisee mendapatkan tenda knock down (outdoor) perlengkapan dan peralatan operasional, furniture (meja & kursi), mesin kasir, bahan baku awal, paket promosi usaha (seragam, spanduk, brosur, banner), training karyawan, quality control dan monitoring, asistensi survey lokasi, dan buku manual (SOP/Standard Operation Procedure).

Dalam ilustrasinya Hendry menggambarkan, pendapatan satu gerai Nasi Uduk Gondangdia bisa mencapai Rp 200 juta sebulan. Sedangkan pengeluarannya sekitar Rp 150 juta yang meliputi bahan baku Rp 100 juta dan sisanya meliputi gaji karyawan, royalti, penyusutan, dan sewa tempat Rp 50 juta. Walhasil gerai itu bisa membukukan keuntungan Rp 50 juta sebulan. Dengan keuntungan sebesar itu balik modal bisa didapat dalam waktu empat bulan. Tetapi, menurut Hendry, moderatnya balik modal sekitar 10 bulan.
***

sumber:  http://majalahduit.co.id

Kamis, 05 April 2012

Franchise: Dari Gerobak ke Restoran

Meski tampak gampang, berjualan bakmi tidaklah mudah. Jumlah mereka yang sukses mungkin sama banyaknya dengan penjual bakmi yang gagal lalu beralih ke usaha lain. Uniknya, pasar bakmi tak pernah kehabisan pedagang. Selalu muncul pedagang baru. Hanya saja mereka yang bisa bertahan ternyata yang menghasilkan rasa bakmi yang enak dan khas. Salah satunya bisa disebut Bimada yang mengelola jaringan Bakmi Raos.

Ada yang unik dari perjalanan bisnis Bimada. Ketika pertama kali ia terjun jadi pengusaha bakmi justru diawali dengan menjadi franchisee sebuah franchise bakmi besar. Cuma usahanya itu gagal pada bulan-bulan awal padahal investasinya sampai ratusan juta rupiah. Meski begitu Bimada tak kapok. Ia yakin pasar bakmi tak akan pernah kehilangan pelanggan. Itulah kenapa ia lebih memilih mencoba lagi ketimbang mencari bisnis lain.


Langkah pertama ia  belajar membuat bakmi dengan mengikuti kursus bersama ibu-ibu. Ini berarti ia kembali ke titik nol. Setelah bisa membuat bakmi ia jualan bakmi di sebuah lapak di Bintaro. Meski bakminya lumayan enak, saat itu ia belum menemukan resep bakmi yang benar-benar maknyos. Baru setelah seorang kawannya membisiki resep khusus, rasa bakminya makin mantap. Dari situlah lahir Bakmi Raos.


Sejak awal Bimada memang ingin mengembangkan Bakmi Raos menjadi jaringan besar. Lalu pada tahun 2003 ia merekrut para pedagang bakmi untuk menjajakan Bakmi Raos dalam gerobak. Awalnya ia membangun dua gerobak dengan modal Rp 10 juta. Sistemnya, ia mendapat margin Rp 1.500 per mangkok bakmi yang terjual sedangkan pedagangnya memperoleh Rp 1.000 dari harga Rp 6.000 per mangkok. Pola usaha ini akhirnya berkembang. Dari hanya dua gerobak lalu bertambah menjadi sepuluh. Dan dalam tempo setahun ia sudah memiliki 193 gerobak. Jumlah pedagang yang dilatihnya –-sebagian keluar-masuk-- mencapai 600 orang hingga tahun 2006.

 
Untuk mengembangkan usahanya lebih cepat lagi, ia membangun pola kemitraan. Dengan pola ini Bimada tak perlu menggaji mereka. Mitranya cukup membeli mie dan minyak goreng darinya plus gerobak yang ia rancang. Kemitraan ini hingga menghasilkan jaringan mitra mencapai 120 orang. Total bersama grobak miliknya ia bisa mendirikan lebih dari 300-an outlet. Pola kemitraan yang berhasil merekrut banyak mitra ini membuat Bimada meraih juara satu dalam ajang Dji Sam Soe Award 2006 sebagai UKM Terbaik Indonesia tahun itu.

Setelah berjalan lima tahun, mulai tahun 2008 ini Bimada mengembangkan pola kemitraan yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini ia tawarkan pengalamannya mengelola Bakmi Raos dan Cippes Family Resto (yang juga sukses ia waralabakan) untuk menjaring mitra bisnis yang benarbenar ingin jadi pengusaha restoran. Ide ini, ujar Bimada, karena dari pengalamannya investor yang mengelola gerai kecil kurang mendapat tantangan. Lagi pula, dengan investasi yang sekitar Rp 10 juta sebelumnya, kebanyakan mitranya tak sungguh-sungguh ingin jadi pengusaha. “Mereka menganggap usahanya itu hanyalah usaha sampingan. Bagaimana bisa mendapatkan keuntungan besar jika usahanya hanya usaha sampingan. Lagi pula kalau usahanya itu bangkrut tak membuat mereka menangis,” ujarnya ketidaksungguhan mitranya itu.


Nah, kemitraan yang baru ini benar-benar menantang. Nilainya juga lumayan dengan variasi investasi mulai dari  Rp 20 juta  hingga  Rp 150 juta yang terbagi dalam empat paket usaha. Paket investasi Rp 20 juta hingga Rp 25 juta menjual mie ayam, bakwan Malang, dan Mpek Mpek Palembang dalam satu gerobak. Paket berikutnya merupakan paket usaha mendirikan Mini Resto dan Family Resto. Berbeda dengan paket sebelumnya, dua paket ini merupakan pembimbingan usaha mendirikan restoran dengan konsep restoran sesuai keinginan mitra. 

Paket Mini Resto ditawarkan dengan biaya kemitraan Rp 45 juta dengan pilihan mini resto untuk jenis makanan Chinese Food atau Western Food. Sedangkan Paket Family Resto yang ditawarkan dengan investasi Rp 75 juta untuk restoran yang men makanan Chinese Food dan Western Food sekaligus. Ada juga paket kafe Bakmi Raos dengan investasi Rp 150 juta. Nah, aneka paket  itu bisa BEP dalam waktu kurang dari 2 tahun.
 ***

sumber:  http://majalahduit.co.id

Selasa, 03 April 2012

Kemenkop UKM Beri Insentif Untuk UKM Mart

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mendorong koperasi agar mampu bersaing dengan toko ritel modern berjejaringan. Caranya dengan meminta koperasi mengembangkan toko atau warungnya menjadi toko modern berjejaringan.
 
“Kami memberikan insentif Rp 65 juta untuk perbaikan lokasi usaha, penataan display, dan pelatihan manajemen berbasis teknologi informasi,” ujar Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Nedy Rafinaldi Halim di sela penandatanganan kerja sama ekonomi tujuh daerah se-eks Karesidenan Surakarta di Surakarta.

Dia mengatakan, dari sekitar 186 ribu koperasi di Indonesia, 37 ribu di antaranya sudah memiliki toko atau warung. Namun masih dikelola secara sederhana dengan tampilan barang yang kurang menarik serta tidak ada pengelompokan barang dagangan.

Program insentif di atas dimulai sejak 2011, di mana hingga kini sudah ada 84 outlet toko ritel di 20 provinsi yang berhasil didirikan. Outlet toko ritel yang mengusung nama UKM Mart terbukti dapat meningkatkan omzet antara 20-30 persen.

Keberadaan UKM Mart juga berguna untuk pemasaran produk lokal hasil produksi usaha mikro kecil dan menengah, yang selama ini sering kesulitan masuk di toko ritel modern berjejaringan karena banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi. Produk lokal, kata Nedy, mendapat prioritas untuk dijual di UKM Mart.

Saat ini ada sekitar 1.600 proposal dari koperasi yang ingin warung atau tokonya diubah menjadi UKM Mart. Karena keterbatasan dana, tahun ini hanya 24 proposal yang akan ditindaklanjuti.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Jawa Tengah Sujarwanto mengatakan di Jawa Tengah ada delapan outlet UKM Mart. Yaitu dua unit di Semarang dan masing-masing satu di Banyumas, Tegal, Cilacap, Magelang, Surakarta, dan Blora.

Ke depan, kami akan membangun outlet UKM Mart di Bandar Udara Adi Soemarmo, Bandara Ahmad Yani, dan Bandara Adisucipto,” ujarnya dalam kesempatan yang sama. Untuk barang yang dijual, pihaknya sudah menyiapkan 70 produk unggulan Jawa Tengah, seperti furnitur, mebel, makanan dan minuman khas daerah tertentu, agrobisnis, dan kerajinan.

Menurutnya, paling tidak dalam satu kota berdiri UKM Mart. Jika nantinya sudah semakin banyak UKM Mart, bisa diterapkan sistem belanja bersama untuk efisiensi biaya produksi.
***

sumber : tempo.co