Jumat, 20 April 2012

Potensi Bisnis Baju Perempuan Menyusui

Sudah menjadi kodrat bagi para ibu untuk memberikan air susu ibu (ASI) kepada bayinya. Namun aktivitas menyusui bisa terganggu kalau kebetulan sang ibu sedang berada di tempat umum. Karena itu, agar tetap bisa memberi ASI di mana saja, produsen pakaian pun membuat pakaian khusus bagi ibu menyusui. Bisnis ini terus berkembang selama ada ibu hamil.

Seiring tingginya kesadaran ibu-ibu untuk memberikan air susu ibu (ASI) untuk buah hatinya, mendatangkan peluang untuk berbisnis pakaian ibu menyusui. Maklum, sering, para ibu merasa tak nyaman jika ia terpaksa menyusui di depan banyak orang.

Salah satu produsen pakaian ibu menyusui ini adalah Jovita Roland. Pemilik merek Milky Way ini mulai membuat pakaian ibu menyusui sejak tahun 2007.

Awal mula Jovita terjun pada bisnis ini karena ia kesulitan mencari baju untuk ibu menyusui di pasaran. "Bisa dibilang, saat itu, hampir tak ada pakaian model ini," jelasnya.

Ternyata, hasil kreasinya mendapat respons yang baik dari banyak ibu di sekitar tempat tinggalnya. "Dari situ, saya melihat, permintaan untuk produk ini ada dan berpotensi untuk digarap menjadi sebuah bisnis ke depannya," tuturnya.

Ketika mendesain pakaian ini, Jovita tak hanya mengejar fungsi, tapi tetap memikirkan sisi modis dan kenyamanan. Maklum, baju ini mungkin akan dipakai oleh si ibu selama dua tahun masa menyusui. "Pakaian ini digunakan dalam keseharian, maka model, warna dan motif perlu diperhatikan untuk menghindari kejenuhan," ujarnya.

Mengaku sebagai pionir usaha ini di tingkat lokal, Jovita mengatakan, kini, kompetitor yang membuat pakaian khusus untuk menyusui mulai bermunculan. "Sebelumnya, kebanyakan pakaian menyusui ini merupakan produk impor dan harganya jauh lebih mahal," tandasnya.

Di Milky Way, Jovita menjual produk ini mulai Rp 100.000 hingga Rp 600.000. Ia pun tak gentar bersaing dengan produk impor. Selain kualitas bahan dan model yang setara, produk impor itu tak berlabel brand besar.

Produk Milky Way menyasar semua kalangan. Bahkan, produk ini banyak dipesan oleh WNI yang tinggal di luar negeri, seperti Australia, Jepang, Korea, hingga Belanda. "Kami menggunakan bahan kaus," kata Jovita.

Selain menjual eceran melalui reseller, Jovita juga menerima pesanan dengan desain khusus. Setiap bulan, ia bisa menjual 300 hingga 400 pakaian. Dus, omzetnya pun bisa mencapai Rp 50 juta per bulan.

Dengan melakukan kerja sama dengan beberapa pihak seperti organisasi dan komunitas menyusui serta rumah sakit ibu dan anak, Jovita berharap mampu mengedukasi para ibu bahwa menyusui itu tetap mudah meski sering bepergian. "Menyusui itu menyenangkan dan akan menjadi masa-masa yang dirindukan oleh tiap ibu nantinya," tandasnya.

Selain Jovita, Ester Lilis juga terjun dalam bisnis baju menyusui. Ia merintis usaha ini sejak 2009 di Bekasi.

Awalnya, Ester membuat baju untuk dirinya sendiri. Ia membuat baju khusus menyusui ini karena sangat sulit menemukan tempat yang nyaman untuk menyusui ketika berada di luar rumah.

Ester pun kesulitan mencari baju jenis ini yang diproduksi lokal. "Kebanyakan baju impor yang harganya mahal," ujarnya. Akhirnya, demi memenuhi kebutuhannya, Ester lantas mendesain baju menyusui untuk dirinya sendiri.

Tak disangka, desain bikinannya mendapat respons yang baik dari keluarga dan teman-teman dekatnya. Pikiran Ester pun jadi terbuka bahwa membuat baju menyusui bisa menjadi peluang bisnis yang hasilnya lumayan.

Pasalnya, setiap hari pasti akan ada ibu yang melahirkan kemudian menyusui anaknya. "Permintaan baju khusus menyusui pasti akan terus ada, selama ada ibu hamil," katanya, sumringah.

Selain itu, saat ini kesadaran untuk menyusui di kalangan ibu-ibu juga meningkat tajam setelah undang-undang mengenai aturan penggunaan susu formula diterapkan. Menurut Ester, meningkatnya kesadaran untuk menyusui ini tentu membuat baju menyusui semakin dibutuhkan.

Ester mengaku ide desain baju ini diperolehnya dari majalah mode. Permintaan saat ini didominasi oleh baju khusus menyusui untuk wanita muslimah.

Karena itu, Ester juga rajin membolak-balik halaman majalah baju muslim. "Sekitar 90% permintaan justru untuk baju menyusui muslimah. Mungkin agar lebih efisien karena sekalian baju muslim," tandasnya.

Ester menjual baju khusus ibu menyusui dengan kisaran harga Rp 85.000 sampai Rp 160.000 untuk baju berbahan katun lokal. Adapun baju menyusui dengan bahan kaus rayon, harganya mulai Rp 100.000 sampai Rp 190.000.

Meski hanya memasarkan lewat dunia maya, Ester telah mengirim banyak pesanan hingga ke Sumatra, Kalimantan, Sulawesi bahkan Papua. "Tapi pesanan mayoritas masih datang dari Jabodetabek," imbuh Ester.

Setiap bulan, Ester sanggup menjual hingga 70 baju ibu menyusui. Dengan begitu, ia pun bisa mendulang omzet lebih dari Rp 10 juta per bulan.

Demi memenuhi permintaan pakaian khusus ibu menyusui yang kian ramai ini, Ester pun menggandeng lima produsen baju di seputar Jawa Tengah dan Jawa Barat. Maklum, selain desain yang variatif dan motif, harga tetap menjadi pertimbangan utama konsumennya. "Saya memang melakukan kerja sama dengan produsen lain dan juga banyak konveksi, supaya bisa mendapatkan harga yang lebih kompetitif," pungkasnya.

***

sumber : kontan online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar