Selasa, 10 April 2012

Peluang Usaha: Nasi Uduk Pun Investasi Menarik

Pekerjaan iseng kerap kali membawa untung. Usaha yang semula cuma untuk membunuh waktu bisa benar-benar berkembang melebihi yang diperkirakan. Pengalaman ini terjadi saat keluarga Kamil mencoba memanfaatkan lahan parkir untuk berjualan nasi uduk di lapangan parkir di depan ruko mereka.

Saat itu mereka menjalankan bisnis money changer bernama Cahaya Sakti. Sehabis jam kerja, lapangan parkir tak termanfaatkan. Otomatis sejak sore hingga pagi hari esoknya lahan itu menganggur, padahal lokasinya sangat strategis di kawasan Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.

Ide membuat gerai makanan muncul ketika sebuah gerai bakmi Gondangdia di sekitar itu banyak pelanggannya. “Kami lalu berpikir, kami pun bisa melakukan itu, kami punya tempat yang strategis, lahan parkir yang lumayan luas, dan itu tak perlu nyewa. Kenapa tidak digunakan untuk mendirikan gerai makanan tendaan?” ungkap Jusriel Kamil, salah seorang pendiri Nasi Uduk Gondangdia..

Menurut Ernawita, seorang pendiri yang lain, mulanya mereka berempat (Ernawita, Jasmine, istri Jusriel, dan Elizabeth Enrika) membuat sejumlah makanan contoh yang layak dijual untuk menentukan jenis makanan apa yang oocok. Pilihannya jatuh pada nasi uduk karena berciri khas Betawi dan diperkirakan bakal langgeng. Setelah itu mulailah jualan nasi uduk di tempat parkir itu. Jumlah meja yang dipasang sebanyak 12 meja. Mereka menyiapkan nama, yaitu Nasi Uduk Cahaya Asli, nama yang tak jauh dari nama money changer yang mereka miliki.

“Pada hari pertama buka, modal (untuk belanja bahan baku) kami Rp 400 ribu, tapi malam itu kami bisa mengumpulkan pendapatan sampai Rp 600 ribu. Jadi, hari pertama jualan saja kami sudah untung,” cerita Jasmine. Hari-hari berikutnya jumlah pengunjung tak pernah surut, malah terus bertambah. Sampai sekarang, setelah 15 tahun, jumlah pengunjungnya rata-rata 500 orang semalam. Sedangkan omset rata-rata sehari antara Rp 9 juta – Rp 12 juta. Usaha itupun dalam tempo tiga bulan sudah bisa mengembalikan modal awal mereka.

Setelah itu Nasi Uduk Cahaya Sakti mendapat kunjungan tetap para pelanggannya. Uniknya para pelanggan lebih mengenalnya sebagai Nasi Uduk Gondangdia ketimbang nama aslinya Nasi Uduk Cahaya Sakti. Karena itulah belakangan Keluarga Kamil memformilkannya menjadi Nasi Uduk Gondangdia.  Nama ini pula yang diusung untuk ditawarkan kerjasama kemitraannya mulai tahun 2008 ini. “Kami menawarkan franchise Nasi Uduk Gondangdia dengan paket investasi Rp 180 juta,” ujar Hendry E. Ramdhan, marketing franchise manager Nasi Uduk Gondangdia. Investasi itu meliputi franchise fee Rp 100 juta untuk kerjasama tiga tahun dan sisanya untuk persiapan pembukaan outlet.

Menurut Hendry, ada dua paket yang ditawarkan yaitu tipe Full Outdoor (tenda knock down) dengan ukuran 10 x 10 m2 dan jam operasionya 16.30 hingga 23.30 dan tipe Kombinasi Outdoor dan Ruko dengan ukuran tempat 100 m2 yang jam operasionalnya jam 11.00-23.30. Setiap franchisee mendapatkan tenda knock down (outdoor) perlengkapan dan peralatan operasional, furniture (meja & kursi), mesin kasir, bahan baku awal, paket promosi usaha (seragam, spanduk, brosur, banner), training karyawan, quality control dan monitoring, asistensi survey lokasi, dan buku manual (SOP/Standard Operation Procedure).

Dalam ilustrasinya Hendry menggambarkan, pendapatan satu gerai Nasi Uduk Gondangdia bisa mencapai Rp 200 juta sebulan. Sedangkan pengeluarannya sekitar Rp 150 juta yang meliputi bahan baku Rp 100 juta dan sisanya meliputi gaji karyawan, royalti, penyusutan, dan sewa tempat Rp 50 juta. Walhasil gerai itu bisa membukukan keuntungan Rp 50 juta sebulan. Dengan keuntungan sebesar itu balik modal bisa didapat dalam waktu empat bulan. Tetapi, menurut Hendry, moderatnya balik modal sekitar 10 bulan.
***

sumber:  http://majalahduit.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar